Trade AI Purbaya: Sistem Canggih Bea Cukai Tekan Manipulasi Harga Impor dan Tambah Pendapatan Negara

12/12/20252 min baca

Baru Sebulan Jadi Menkeu, Purbaya Buat Sederet Gebrakan: Reformasi Ekonomi dan Digitalisasi Pajak
Baru Sebulan Jadi Menkeu, Purbaya Buat Sederet Gebrakan: Reformasi Ekonomi dan Digitalisasi Pajak

Surakarta, 12 Desember 2025 - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sedang mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) inovatif bernama Trade AI, yang dirancang khusus untuk memperkuat pengawasan terhadap importir tidak bertanggung jawab. Sistem ini mampu mendeteksi berbagai bentuk pelanggaran seperti under-invoicing (penurunan nilai barang), over-invoicing (peningkatan nilai barang), hingga potensi pencucian uang berbasis perdagangan. "Ini adalah sistem berbasis kecerdasan artifisial untuk memperkuat pengawasan impor. Trade AI bisa mendeteksi under-invoicing, over-invoicing, hingga potensi pencucian uang berbasis perdagangan," ujar Purbaya dalam keterangan resminya pada 12 Desember 2025. Inovasi ini diharapkan meminimalisir kerugian negara akibat manipulasi harga barang impor, yang selama ini mencapai miliaran rupiah per tahun, sekaligus meningkatkan efisiensi operasional petugas Bea Cukai.

Trade AI berfungsi sebagai alat analisis canggih yang mengintegrasikan data profil risiko importir, klasifikasi barang, validasi dokumen, dan verifikasi asal usul produk secara otomatis. Sistem ini juga mampu membandingkan harga deklarasi impor dengan harga pasar real-time, sehingga dapat menghitung kekurangan nilai barang dengan akurat dan mencegah upaya penggelapan pajak. Pengembangan Trade AI merupakan bagian dari reformasi lebih luas di DJBC, termasuk transformasi National Single Window (NSW) menjadi platform berbasis AI untuk perdagangan yang lebih efisien dan transparan. Uji coba awal di Pelabuhan Tanjung Priok telah membuktikan efektivitasnya, dengan penambahan penerimaan negara sebesar Rp1,2 miliar dari deteksi pelanggaran, dan proyeksi akurasi mendekati 100% pada tahun depan seiring penyempurnaan algoritma. Purbaya optimistis bahwa sistem ini akan menjadi "mesin" yang tak tergantikan dalam memberantas importir nakal, setelah sebelumnya ia melakukan inspeksi mendadak di berbagai kantor Bea Cukai untuk memastikan kinerja optimal.

Latar belakang pengembangan Trade AI tak lepas dari masalah kronis di sektor kepabeanan, seperti under-invoicing yang sering dilakukan importir untuk menghindari bea masuk tinggi, menyebabkan kerugian negara hingga triliunan rupiah. Purbaya pernah mengancam untuk merumahkan 16 ribu pegawai Bea Cukai jika tidak ada perbaikan, dan bahkan mempertimbangkan penggantian dengan perusahaan asing untuk meningkatkan profesionalisme. Ancaman ini memicu reformasi internal, termasuk penerapan AI untuk pengawasan real-time, yang diumumkan Purbaya pada Oktober 2025 sebagai bagian dari strategi nasional untuk transparansi perdagangan. Selain itu, sistem ini akan terintegrasi dengan data global untuk verifikasi asal barang, membantu mencegah perdagangan ilegal seperti barang selundupan atau produk berbahaya. Purbaya juga menegaskan bahwa Trade AI bukan sekadar alat deteksi, tapi juga pencegahan, dengan kemampuan mengklasifikasikan risiko importir berdasarkan histori transaksi.

Dengan Trade AI, pemerintah diharapkan bisa meningkatkan penerimaan negara dari sektor impor, yang pada 2025 mencapai target Rp2.000 triliun, sambil meminimalisir korupsi dan manipulasi. Inovasi ini menjadi tonggak reformasi DJBC di era Purbaya, setelah serangkaian sidak dan kritik atas kinerja instansi tersebut. Ke depan, sistem ini akan diperluas ke seluruh pelabuhan utama, dengan target peningkatan akurasi dan efisiensi untuk mendukung perdagangan Indonesia yang lebih kompetitif secara global.