QRIS Kini Bisa Dipakai di Luar Negeri, Gibran: Indonesia Bukan Sekadar Pengguna Teknologi

5/19/20253 min baca

gibran bicara QRIS
gibran bicara QRIS

Jakarta, 19 Mei 2025 – Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, mengumumkan bahwa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini dapat digunakan di beberapa negara Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dalam waktu dekat, QRIS juga akan tersedia di Jepang dan Korea Selatan. Pernyataan ini disampaikan Gibran melalui saluran YouTube resminya, menegaskan bahwa QRIS bukan lagi sekadar alat pembayaran lokal, melainkan inovasi teknologi yang mampu bersaing di panggung global.

“QRIS juga bukan hanya jago kandang. QRIS tidak hanya bisa dipakai di dalam negeri, tapi juga bisa di negara lain yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, dan sebentar lagi di Jepang dan Korea Selatan,” ujar Gibran. Ia menambahkan bahwa ekspansi ini memungkinkan warga Indonesia bertransaksi di luar negeri tanpa perlu menukar mata uang, sekaligus menjadi bukti bahwa Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta inovasi yang diakui dunia.

Latar Belakang QRIS

QRIS adalah sistem pembayaran berbasis kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI) bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Diluncurkan pada 17 Agustus 2019, QRIS bertujuan untuk menyatukan berbagai platform pembayaran nontunai di Indonesia ke dalam satu standar yang terjangkau dan mudah digunakan. Sebelum QRIS, pedagang harus menyediakan kode QR berbeda untuk setiap penyedia layanan pembayaran seperti GoPay, OVO, atau LinkAja. Kini, dengan QRIS, satu kode QR dapat digunakan oleh semua aplikasi pembayaran yang terdaftar, mempermudah transaksi baik bagi konsumen maupun pedagang.

Menurut laporan BI, hingga Oktober 2023, QRIS telah diadopsi oleh lebih dari 29,6 juta pedagang, dengan 92% di antaranya adalah pelaku UMKM. Sistem ini menjadi tulang punggung transformasi digital di sektor ekonomi mikro, sekaligus mendukung inklusi keuangan di Indonesia.

Ekspansi Internasional QRIS

Pengumuman Gibran menandai langkah besar dalam program QRIS Cross-Border yang digagas oleh BI. Saat ini, pengguna QRIS dapat bertransaksi di Malaysia, Singapura, dan Thailand, dengan rencana ekspansi ke Jepang, Korea Selatan, India, dan Uni Emirat Arab (UEA). “Ini bukti bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tidak hanya menjadi pasar, tapi lebih dari itu. Indonesia juga mampu menciptakan inovasi teknologi yang diakui dan dipercaya dunia,” tegas Gibran.

Program QRIS Cross-Border memungkinkan wisatawan Indonesia membayar di negara mitra dengan memindai kode QR lokal menggunakan aplikasi pembayaran yang mendukung QRIS, seperti mobile banking atau dompet digital. Transaksi ini dikonversi secara otomatis ke rupiah dengan kurs yang kompetitif, menghilangkan kebutuhan untuk menukar uang tunai.

Bagaimana QRIS Cross-Border Bekerja?

Prosesnya cukup sederhana. Ketika berada di negara mitra, pengguna cukup membuka aplikasi pembayaran yang mendukung QRIS, memindai kode QR di kasir, dan menyelesaikan transaksi. Sistem akan menghitung nominal dalam mata uang lokal—misalnya ringgit Malaysia—dan mengonversinya ke rupiah sesuai kurs saat itu. Dana kemudian dipotong dari saldo pengguna dalam rupiah.

Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta, dalam konferensi pers Juli 2024, menjelaskan, “QRIS Cross-Border memberikan kemudahan bagi wisatawan sekaligus kurs yang lebih baik dibandingkan penukaran tunai. Ini juga mendukung penggunaan rupiah dalam transaksi internasional.” Ia menambahkan bahwa BI sedang bernegosiasi dengan bank sentral Jepang dan Korea Selatan untuk mempercepat implementasi di kedua negara tersebut.

Dampak dan Signifikansi

Ekspansi QRIS memiliki makna besar bagi Indonesia. Pertama, ini memperkuat kedaulatan digital negara. Nofie Iman Vidya Kemal, dosen ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menyatakan, “QRIS adalah wujud ketahanan ekonomi digital. Dengan memungkinkan transaksi dalam rupiah di luar negeri, kita mengurangi ketergantungan pada sistem pembayaran asing dan mata uang seperti dolar AS.”

Kedua, QRIS menjadi alat diplomasi ekonomi. Kerja sama dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia dan Thailand menunjukkan bahwa Indonesia mampu memengaruhi standar pembayaran digital di kawasan. Ini juga membuka peluang bagi UMKM Indonesia untuk lebih mudah menjangkau pasar internasional.

Ketiga, dari sisi pengguna, QRIS Cross-Border menawarkan kemudahan dan efisiensi. Wisatawan tidak perlu lagi membawa uang tunai dalam jumlah besar atau khawatir tentang biaya konversi yang tinggi di money changer.

Tantangan yang Dihadapi

Meski menjanjikan, ekspansi QRIS tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah harmonisasi regulasi antarnegara. Setiap negara memiliki kebijakan berbeda terkait pembayaran digital, yang dapat memperlambat integrasi sistem. Selain itu, ada potensi biaya transaksi tambahan atau masalah kompatibilitas dengan infrastruktur teknologi lokal di negara mitra.

Namun, BI optimistis tantangan ini dapat diatasi melalui kerja sama bilateral dan investasi dalam teknologi. “Kami terus meningkatkan interoperabilitas sistem agar QRIS dapat diterima lebih luas,” kata Filianingsih.

QRIS dan Inovasi Teknologi Indonesia

Keberhasilan QRIS di dalam dan luar negeri menegaskan posisi Indonesia sebagai pemimpin inovasi teknologi di Asia Tenggara. Gibran menekankan bahwa QRIS tidak hanya menguntungkan konsumen, tetapi juga pedagang kecil. “Dari pedagang kaki lima hingga UMKM, QRIS membawa manfaat nyata,” ujarnya. Data BI menunjukkan bahwa 93% pedagang QRIS adalah UMKM, mencerminkan dampaknya pada ekonomi mikro.

Selain itu, ekspansi ini meningkatkan kepercayaan dunia terhadap teknologi buatan Indonesia. Dengan populasi besar dan tingginya jumlah wisatawan Indonesia di Asia Tenggara, QRIS berpotensi menjadi standar pembayaran regional yang kompetitif.

Masa Depan QRIS

Ke depan, BI berencana memperluas QRIS ke lebih banyak negara, termasuk India dan UEA, sekaligus meningkatkan fitur untuk mendukung transaksi bisnis lintas batas. Ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi digital global dan mendorong penggunaan rupiah sebagai mata uang transaksi internasional.

Gibran menutup pernyataannya dengan nada optimistis: “QRIS adalah langkah awal. Kita akan terus berinovasi agar Indonesia tidak hanya mengikuti, tetapi memimpin perkembangan teknologi dunia.”