Ramalan Pasar Terbukti: Powell Pangkas Suku Bunga The Fed Jadi 3,5%-3,75%

12/11/20252 min baca

The Fed Akhirnya Pangkas Suku Bunga Pertama Tahun Ini: Dampak Positif bagi Pasar Global
The Fed Akhirnya Pangkas Suku Bunga Pertama Tahun Ini: Dampak Positif bagi Pasar Global

Surakarta, 11 Desember 2025 - Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell resmi memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25 persen poin, menurunkannya ke kisaran 3,5%-3,75% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 10 Desember 2025 waktu setempat. Keputusan ini menandai pemangkasan ketiga sepanjang tahun 2025, sejalan dengan ekspektasi pasar yang mencapai 87% menurut survei CME FedWatch Tool, di mana pelaku pasar yakin akan adanya relaksasi moneter lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi AS. Langkah ini juga menandai berakhirnya era Quantitative Tightening (QT), kebijakan yang selama ini berfungsi seperti "mesin penyedot" likuiditas dari sistem keuangan, sehingga diharapkan meningkatkan ketersediaan uang di perbankan dan mendorong aktivitas ekonomi.

Pemangkasan ini datang di tengah ketidakpastian ekonomi global, di mana The Fed berupaya menjaga keseimbangan antara pengendalian inflasi dan dukungan terhadap lapangan kerja. Inflasi AS telah melandai ke 2,4% pada Oktober 2025, mendekati target 2%, sementara tingkat pengangguran tetap stabil di 4,1%. Powell, dalam konferensi pers pasca-pengumuman, menyatakan bahwa keputusan ini didasari data ekonomi terkini, termasuk pertumbuhan PDB AS yang kuat di kuartal III sebesar 2,8% annually, meskipun ada kekhawatiran atas dampak perang dagang dan ketegangan geopolitik. Namun, FOMC terpecah mengenai langkah selanjutnya, dengan beberapa anggota mendorong jeda pemangkasan pada 2026 untuk memantau inflasi, sementara yang lain khawatir atas perlambatan ekonomi.

Berakhirnya QT, yang dimulai pada Juni 2022 untuk mengurangi neraca The Fed dari puncak US$9 triliun, diharapkan menyuntikkan likuiditas lebih besar ke pasar keuangan. Kebijakan ini telah menarik sekitar US$1,7 triliun dari sistem, tapi kini The Fed akan mempertahankan neraca di level US$7,2 triliun untuk menjaga stabilitas. Analis dari CNN Business menilai bahwa pemangkasan ini akan membuat pinjaman lebih murah bagi konsumen, seperti suku bunga mortgage yang turun ke bawah 6,5%, kredit kartu, dan pinjaman mobil, potensial mendorong belanja rumah tangga dan investasi bisnis. Reaksi pasar positif: indeks Wall Street seperti S&P 500 naik 1,2% pasca-pengumuman, sementara dolar AS melemah terhadap mata uang utama, mendukung ekspor AS.

Bagi Indonesia, pemangkasan ini bisa berdampak positif melalui aliran modal asing yang lebih murah, meskipun Bank Indonesia perlu waspada terhadap volatilitas rupiah. Secara keseluruhan, kebijakan The Fed ini diharapkan menjadi katalisator pertumbuhan global di 2026, dengan proyeksi GDP AS naik 2,1%.