Ray Dalio Bantah Isu Pengunduran Diri dari Penasihat Danantara, Tegaskan Komitmen Ekonomi Indonesia


Investor ternama asal Amerika Serikat (AS), Ray Dalio, secara tegas membantah kabar yang menyebutkan bahwa ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia. Dalam pernyataan resminya pada 4 Juni 2025, Dalio menegaskan bahwa ia akan terus membimbing Danantara berdasarkan pengalaman panjangnya di dunia investasi global. Ia juga menjelaskan bahwa perannya sebagai penasihat dilakukan secara sukarela dan tanpa imbalan, sebagai bentuk dukungan terhadap visi Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Klarifikasi Ray Dalio dan Komitmen pada Danantara
Isu pengunduran diri Dalio sempat mencuat dan memicu spekulasi di kalangan investor serta media. Namun, dalam klarifikasinya, Dalio menegaskan bahwa tidak ada perubahan dalam kemitraannya dengan Danantara. "Saya tetap menjadi pendukung setia misi Danantara Indonesia," ujarnya. Ia menyebut perannya bersifat informal dan telah berlangsung selama setahun terakhir, menunjukkan dedikasinya terhadap proyek ini.
Dalio, pendiri Bridgewater Associates—salah satu hedge fund terbesar di dunia—dikenal dengan pendekatan investasinya yang unik, berbasis analisis makroekonomi dan transparansi. Pengalamannya di pasar keuangan global diharapkan dapat membantu Danantara mengelola aset negara dan menarik investasi strategis.
Danantara: Sovereign Wealth Fund Indonesia
Didirikan pada 2021, BPI Danantara adalah SWF Indonesia yang bertujuan mengelola aset negara dan mendukung pembangunan ekonomi jangka panjang. Dengan visi serupa seperti Temasek di Singapura, Danantara fokus pada sektor strategis seperti infrastruktur, energi terbarukan, dan transformasi digital. Lembaga ini bertugas mengoptimalkan dividen dari BUMN serta menarik investasi global untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada Maret 2025, Danantara mengumumkan dewan penasihat yang terdiri dari tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk Dalio, ekonom Jeffrey Sachs, Chapman Taylor, mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, dan eks Kepala Credit Suisse untuk Asia, Helman Sitohang. Kehadiran Dalio dianggap sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kredibilitas Danantara di kancah internasional.
Komitmen Bersama untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, bersama Dalio berkomitmen memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui Danantara. Mereka berencana membuka potensi sektor-sektor strategis seperti pertambangan, energi, dan teknologi. CEO Danantara, Rosan Roeslani, juga membantah isu pengunduran diri Dalio, menegaskan bahwa komunikasi dengan Dalio tetap intensif. "Kami masih berkomunikasi. Bulan lalu kami bertemu CEO-nya, minggu lalu anaknya juga bertemu kami," ujar Roeslani.
Reaksi Pasar dan Komunitas Investasi
Klarifikasi ini disambut positif oleh pasar. Sebelumnya, rumor pengunduran diri Dalio sempat menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas Danantara. Namun, bantahan resmi ini memulihkan kepercayaan investor. Analis dari Bloomberg Technoz menilai keterlibatan Dalio dapat membantu Danantara merancang strategi investasi yang efektif, sejalan dengan upaya Indonesia menarik investasi asing untuk proyek infrastruktur dan teknologi.
Latar Belakang Ray Dalio dan Bridgewater Associates
Ray Dalio mendirikan Bridgewater Associates pada 1975, yang kini mengelola aset lebih dari US$150 miliar. Ia dikenal dengan filosofi "radical transparency" dan pendekatan investasi berbasis siklus ekonomi global. Buku-bukunya, seperti Principles dan The Changing World Order, menjadi rujukan bagi investor dan pemimpin bisnis dunia. Keterlibatannya di Danantara mencerminkan minatnya pada pasar berkembang dan potensi ekonomi Indonesia.
Kesimpulan
Bantahan Dalio terhadap isu pengunduran dirinya menegaskan komitmennya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui Danantara. Dengan reputasinya, ia diharapkan dapat memperkuat posisi Danantara sebagai institusi kredibel di mata investor global, sekaligus meredakan kekhawatiran pasar.
Image Source: Getty Images