Ray Dalio Sarankan Investasi Bitcoin dan Emas Hadapi Pelemahan Fiat


Jakarta, 29 Juli 2025 – Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates, hedge fund terbesar di dunia, dan investor legendaris, kembali menarik perhatian dengan saran investasinya. Ia merekomendasikan agar investor mengalokasikan sekitar 15% portofolio mereka ke dalam Bitcoin (BTC) atau emas sebagai langkah perlindungan terhadap risiko pelemahan mata uang konvensional (fiat). Pernyataan ini disampaikan dalam podcast The Master Investor bersama Wilfred Frost pada Senin (28/07), di mana Dalio membahas ketidakpastian ekonomi global yang kian meningkat.
Alasan di Balik Rekomendasi Dalio
Dalio, yang merupakan lulusan Harvard Business School, memperingatkan bahwa ekonomi dunia berpotensi menghadapi devaluasi besar, serupa dengan yang terjadi pada era 1930-an atau 1970-an. "Jika Anda bersikap netral terhadap segala hal dan mengoptimalkan portofolio untuk rasio imbal hasil terhadap risiko terbaik, Anda sebaiknya mengalokasikan sekitar 15% dana Anda pada emas atau Bitcoin," ujarnya. Menurutnya, kedua aset ini dapat menjadi lindung nilai (hedge) terhadap inflasi yang melonjak dan penurunan nilai mata uang fiat.
Pernyataan ini bukan pertama kalinya Dalio mengomentari kondisi ekonomi global. Dalam bukunya The Changing World Order (2020), ia menganalisis siklus ekonomi historis dan memprediksi kemungkinan pergeseran kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur. Ia juga menyoroti risiko besar terhadap mata uang fiat akibat utang pemerintah yang membengkak dan kebijakan moneter yang longgar.
Emas vs Bitcoin: Pilihan Dalio
Meskipun merekomendasikan keduanya, Dalio secara pribadi lebih memprioritaskan emas. "Emas adalah cadangan devisa terbesar kedua di dunia setelah dolar AS, dan saya memandangnya sebagai aset penyimpan nilai yang paling murni," katanya. Menurut World Gold Council, cadangan emas global pada 2024 mencapai lebih dari 35.000 ton, dengan Amerika Serikat, Jerman, dan Italia sebagai pemegang terbesar. Dalio mengaku kepemilikannya atas Bitcoin masih relatif kecil dibandingkan emas.
Namun, ia tidak menutup mata terhadap potensi Bitcoin. "Bitcoin adalah bentuk uang digital dengan jumlah terbatas dan bisa digunakan untuk transaksi lintas negara," jelasnya. Dengan pasokan maksimum 21 juta koin, Bitcoin memiliki daya tarik sebagai aset yang terdesentralisasi. Data dari CoinMarketCap menunjukkan bahwa pada Juli 2025, harga Bitcoin telah melonjak ke US$122.000, dengan kapitalisasi pasar melebihi US$2,4 triliun.
Dalio juga membandingkan karakteristik kedua aset ini. Emas, dengan sejarah panjangnya sebagai penyimpan nilai, menawarkan stabilitas, tetapi pertumbuhannya terbatas. Sebaliknya, Bitcoin, meskipun volatil, memiliki potensi apresiasi yang jauh lebih besar, terutama di kalangan generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi digital.
Konteks Ekonomi Global yang Mendorong Saran Ini
Rekomendasi Dalio tidak lepas dari kondisi ekonomi dunia saat ini. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,8% pada 2025, turun dari 3,2% pada 2024, akibat ketegangan geopolitik, inflasi yang sulit dikendalikan, dan disrupsi rantai pasok. Di Amerika Serikat, utang nasional telah mencapai US$36 triliun, dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 130%, menurut U.S. Treasury Department. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan stabilitas dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
Selain itu, kebijakan pencetakan uang besar-besaran oleh bank sentral selama dekade terakhir juga menjadi faktor. Menurut Federal Reserve, neraca keuangan AS telah membengkak dari US$4 triliun pada 2014 menjadi lebih dari US$9 triliun pada 2025, meningkatkan risiko inflasi jangka panjang.
Perspektif Ahli Lain
Dalio bukan satu-satunya investor ternama yang melihat nilai dalam Bitcoin dan emas. Paul Tudor Jones, manajer hedge fund terkenal, telah mengalokasikan 5% portofolionya ke Bitcoin sejak 2020, menyebutnya sebagai "kuda tercepat" untuk melawan inflasi. Laporan terbaru dari Goldman Sachs (2025) juga merekomendasikan alokasi 10-15% portofolio ke emas sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi.
Namun, ada pula pandangan berlawanan. Nouriel Roubini, ekonom yang meramalkan krisis finansial 2008, menyebut Bitcoin sebagai "gelembung spekulatif" tanpa nilai intrinsik. Dalam wawancara dengan Bloomberg, ia menyatakan, "Bitcoin bukan lindung nilai yang efektif terhadap inflasi karena volatilitasnya yang ekstrem." Roubini lebih mendukung emas sebagai aset safe-haven tradisional.
Rekomendasi Praktis untuk Investor
Bagi investor yang ingin mengikuti saran Dalio, alokasi 15% portofolio ke Bitcoin atau emas bisa menjadi strategi diversifikasi yang cerdas. Namun, ia menekankan pentingnya memahami profil risiko masing-masing aset:
Emas: Stabil, likuid, dan diterima secara global, tetapi tidak menawarkan pertumbuhan eksponensial. Cocok untuk investor konservatif.
Bitcoin: Volatil dengan potensi imbal hasil tinggi, namun rentan terhadap perubahan regulasi dan sentimen pasar. Ideal untuk investor berisiko tinggi.
Dalio juga menyarankan kombinasi keduanya untuk menyeimbangkan stabilitas dan peluang pertumbuhan. Misalnya, alokasi 10% emas dan 5% Bitcoin dapat menjadi opsi bagi investor yang ingin diversifikasi tanpa terlalu banyak eksposur ke volatilitas.
Kesimpulan
Saran Ray Dalio untuk berinvestasi di Bitcoin dan emas mencerminkan kekhawatirannya terhadap pelemahan mata uang fiat dan risiko ekonomi global. Dengan pengalaman puluhan tahun di pasar keuangan, pandangannya menjadi rujukan penting bagi investor yang ingin melindungi aset mereka. Baik Bitcoin maupun emas menawarkan keunggulan unik—stabilitas emas dan potensi pertumbuhan Bitcoin—sehingga relevan dalam menghadapi tantangan ekonomi masa kini.
Image Source: Bloomberg