Rupiah Anjlok ke Rp17.143 per Dolar AS, Tarif Trump dan Data Ketenagakerjaan AS Jadi Biang Keladi
Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali terperosok. Pada hari ini, Senin (07/04), rupiah tercatat menyentuh angka Rp17.143 per dolar AS, menurut data nilai tukar terhadap USDT. Penurunan ini menjadi sorotan karena dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal yang kian memperburuk posisi mata uang Indonesia.
Tarif Trump Picu Ketidakpastian
Salah satu pemicu utama pelemahan rupiah adalah pengumuman kebijakan tarif oleh Presiden AS, Donald Trump. Tarif ini, yang akan berlaku efektif per 9 April, memberikan tekanan besar pada pasar global, termasuk Indonesia. Dengan tenggat waktu negosiasi hanya tersisa dua hari, investor mulai beralih ke dolar AS sebagai aset aman, meninggalkan rupiah dalam posisi rentan. Kebijakan ini dikhawatirkan akan mengganggu ekspor Indonesia dan memperlebar defisit perdagangan.
Data Ketenagakerjaan AS Perkuat Dolar
Di sisi lain, data ketenagakerjaan AS yang baru dirilis menunjukkan hasil di luar dugaan. Tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan lapangan kerja yang kuat membuat dolar AS semakin perkasa. Analis menyatakan bahwa performa ekonomi AS ini, ditambah dengan sinyal dari The Fed yang belum berencana menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, menjadi pukulan tambahan bagi rupiah. Ketidakseimbangan ini makin memperparah tren pelemahan yang dialami mata uang Garuda.
Tantangan di Depan Mata
Dengan situasi ini, rupiah diprediksi akan terus tertekan dalam waktu dekat. Pelaku pasar kini menanti langkah konkret dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menahan laju pelemahan, terutama menjelang tenggat tarif Trump pada 9 April. Jika tidak ada intervensi yang signifikan, dampaknya bisa meluas ke inflasi dan daya beli masyarakat.