Rupiah Kembali Menguat Usai Trump Tangguhkan Tarif Uni Eropa
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan signifikan pada Senin, 26 Mei 2025, meskipun tekanan ekonomi global masih membayangi. Rupiah berhasil menembus level Rp16.174 per dolar AS, menguat 0,25% dalam 24 jam terakhir berdasarkan data dari Bloomberg. Kabar ini disambut optimistis oleh pelaku pasar domestik, padahal pada akhir pekan lalu, kurs rupiah masih berada di kisaran Rp16.218. Penguatan ini didorong oleh penundaan tarif sebesar 50% yang semula akan diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Uni Eropa pada 1 Juni 2025, namun kini ditunda hingga 9 Juli 2025.
Penundaan tarif ini tidak hanya berdampak pada rupiah, tetapi juga pada pasar kripto. Bitcoin (BTC) melonjak 1,2% menjadi US$109.400, sementara Ethereum (ETH) dan XRP masing-masing naik 1,6% dan 1% pada periode yang sama, menurut CoinMarketCap. Kenaikan ini mencerminkan sentimen positif di pasar keuangan global akibat meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan Uni Eropa.
Latar Belakang Penundaan Tarif
Keputusan Trump untuk menunda tarif terhadap Uni Eropa muncul setelah panggilan telepon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Minggu, 25 Mei 2025. Dalam wawancara di Bandara Morristown, Trump menyatakan, “Kami telah melakukan panggilan telepon yang sangat bagus dan saya setuju untuk memindahkannya.” Sementara itu, Von der Leyen mengonfirmasi bahwa Uni Eropa siap untuk mempercepat negosiasi, meskipun hasil kesepakatan menunda penerapan tarif hingga 9 Juli 2025. Langkah ini diambil untuk meredakan ketegangan perdagangan yang sempat memicu kekhawatiran akan perang dagang global.
Menurut laporan dari Reuters, penundaan ini memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan. Uni Eropa, yang sempat merencanakan tarif balasan sebesar 20% terhadap barang impor AS, kini memiliki waktu untuk melanjutkan dialog. Dampak dari penundaan ini langsung terasa di pasar keuangan, dengan indeks saham AS dan Eropa yang naik signifikan pada Senin, 26 Mei 2025. S&P 500, misalnya, melonjak 1,2%, sementara Euro Stoxx 50 naik 1,5%. Di Asia, Nikkei 225 Jepang juga menguat 1,1%, menunjukkan optimisme investor terhadap stabilitas perdagangan internasional.
Dampak pada Rupiah dan Pasar Emerging Market
Penguatan rupiah merupakan bagian dari tren yang lebih luas di mana mata uang negara berkembang (emerging market) mengalami apresiasi. Penundaan tarif AS terhadap Uni Eropa telah meredakan kekhawatiran akan eskalasi perang dagang, yang selama ini menjadi beban bagi mata uang seperti rupiah. Menurut Bloomberg, investor kini lebih percaya diri untuk berinvestasi di aset-aset berisiko, termasuk mata uang emerging market, karena ketidakpastian jangka pendek berkurang.
Analis pasar dari CNBC mencatat bahwa penundaan ini memberikan ruang bernapas bagi bisnis yang bergantung pada impor dari Uni Eropa, sehingga membantu menstabilkan rantai pasok dan mengurangi tekanan inflasi. Hal ini berdampak positif pada rupiah, yang sempat melemah akibat ketidakpastian perdagangan global. Selain itu, data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia tetap stabil di level yang memadai, memberikan kepercayaan tambahan bagi investor.
Reaksi Pelaku Pasar dan Pakar Ekonomi
Pelaku pasar domestik menyambut baik penguatan rupiah ini. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, penundaan tarif ini memberikan kepastian sementara bagi pelaku usaha, terutama yang bergantung pada impor bahan baku dari Eropa. “Ini adalah angin segar bagi industri manufaktur dan ekspor Indonesia,” ujarnya dalam wawancara dengan Kompas. Namun, ia juga menekankan perlunya pemerintah Indonesia untuk tetap waspada terhadap dinamika perdagangan global yang masih bergejolak.
Di sisi lain, pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Dr. Faisal Basri, mengingatkan bahwa penundaan ini bersifat sementara. “Meskipun positif dalam jangka pendek, kita harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan eskalasi di masa depan. Pemerintah perlu memperkuat fundamental ekonomi domestik agar rupiah tidak terlalu rentan terhadap sentimen global,” katanya. Ia menambahkan bahwa diversifikasi mitra dagang dan peningkatan daya saing ekspor adalah langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan Eropa.
Pengaruh pada Pasar Kripto
Selain rupiah, pasar kripto juga merespons positif penundaan tarif ini. Bitcoin (BTC) yang sempat mengalami tekanan akibat ketegangan perdagangan, kini melonjak ke level US$109.400, naik 1,2%. Ethereum (ETH) dan XRP juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,6% dan 1%. Menurut CoinDesk, sentimen positif di pasar kripto didorong oleh meredanya ketegangan perdagangan, yang memungkinkan investor untuk kembali fokus pada aset berisiko tinggi seperti mata uang digital.
Analis kripto dari Forbes menjelaskan bahwa penundaan tarif ini mengurangi ketidakpastian jangka pendek, sehingga mendorong investor untuk kembali ke pasar kripto. “Ketika ketegangan perdagangan mereda, investor cenderung mencari peluang di aset yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi, seperti kripto,” ujarnya. Selain itu, beberapa investor melihat kripto sebagai lindung nilai terhadap potensi inflasi akibat kebijakan perdagangan yang tidak menentu.
Implikasi Jangka Panjang
Meskipun penundaan tarif ini memberikan kelegaan sementara, para ahli memperingatkan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan Uni Eropa belum sepenuhnya terselesaikan. Menurut Financial Times, jika kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan sebelum 9 Juli 2025, Trump dapat kembali menerapkan tarif yang lebih tinggi, yang berpotensi memicu perang dagang skala penuh. Hal ini dapat berdampak negatif pada stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia.
Untuk Indonesia, penguatan rupiah saat ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat fundamental ekonomi. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan negosiasi antara AS dan Uni Eropa, serta mempersiapkan langkah-langkah antisipatif jika situasi memburuk. Selain itu, diversifikasi ekspor dan penguatan sektor manufaktur domestik dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu.
Kesimpulan
Penguatan rupiah usai penundaan tarif oleh Trump terhadap Uni Eropa mencerminkan sentimen positif di pasar keuangan global. Keputusan ini meredakan ketegangan perdagangan, mendorong investor untuk kembali ke aset berisiko seperti rupiah dan kripto. Namun, penundaan ini bersifat sementara, dan Indonesia perlu tetap waspada terhadap dinamika perdagangan global yang masih bergejolak. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan momen ini untuk memperkuat posisi ekonominya di tengah ketidakpastian global.