Rupiah Melemah Terhadap Ringgit: Catat Rekor Terendah dalam 5 Tahun Terhadap Ringgit

4/4/20251 min baca

ringgit malaysia
ringgit malaysia

Jakarta, 4 April – Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan tren pelemahan signifikan terhadap ringgit Malaysia. Berdasarkan data terbaru, pada Jumat (04/04), rupiah turun sebesar 5,60%, mencapai nilai Rp3.762 per ringgit. Angka ini menjadikan rupiah berada pada posisi terendah dalam lima tahun terakhir, dengan titik terburuk tercatat pada Rp3.838 per ringgit.

Pelemahan ini melanjutkan tren penurunan yang sebelumnya terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri pada Sabtu (26/03), ketika rupiah sempat anjlok ke level Rp3.471 per ringgit. Rekor terbaru ini menandakan tantangan besar bagi stabilitas mata uang Indonesia di tengah dinamika ekonomi global.

Pengaruh Faktor Eksternal: Tarif AS oleh Donald Trump

Tidak hanya terhadap ringgit, rupiah juga mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada periode yang sama, rupiah melemah sebesar 0,56% terhadap dolar AS, membuat nilainya kini berada di Rp16.652 per dolar. Salah satu pemicu utama pelemahan ini adalah pengumuman kebijakan tarif sebesar 32% yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump, terhadap Indonesia. Kebijakan ini diyakini memengaruhi sentimen pasar dan meningkatkan tekanan pada nilai tukar rupiah.

Dampak Ekonomi yang Lebih Luas

Pelemahan rupiah ini berpotensi membawa dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia. Dengan nilai tukar yang terus merosot, harga barang impor kemungkinan akan melonjak, memicu risiko inflasi. Di sisi lain, daya beli masyarakat bisa tergerus, terutama menjelang periode penting seperti Hari Raya Idul Fitri, ketika kebutuhan konsumsi biasanya meningkat. Namun, pelemahan ini juga dapat menjadi peluang bagi sektor ekspor, karena barang Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional.

Konteks Historis dan Tantangan ke Depan

Data historis menunjukkan bahwa level Rp3.762 hingga Rp3.838 per ringgit merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir, mengindikasikan bahwa rupiah sedang menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sejak periode tersebut. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami apakah pelemahan ini bersifat sementara akibat faktor eksternal, atau menandakan masalah struktural yang lebih dalam dalam perekonomian domestik.

Pemerintah dan Bank Indonesia kemungkinan akan terus memantau situasi ini sambil mempertimbangkan langkah-langkah intervensi untuk menstabilkan nilai tukar. Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi terkait respons kebijakan atas kondisi tersebut.

Image Source: Wikipedia