Rusia Bakal Bantu Indonesia Wujudkan Stasiun Antariksa di Biak, Papua

4/30/20252 min baca

white rocket under nimbus clouds at golden hour
white rocket under nimbus clouds at golden hour

Jakarta, 30 April 2025 – Indonesia bersiap melangkah lebih jauh dalam dunia antariksa dengan dukungan penuh dari Rusia. Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, mengumumkan bahwa Rusia akan membantu pengembangan dan pembangunan stasiun antariksa nasional Indonesia di Pulau Biak, Papua. Kerja sama ini melibatkan badan antariksa Rusia, Roscosmos, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan fokus pada bantuan teknis, instalasi peluncuran, landasan peluncuran roket, serta pembinaan infrastruktur antariksa.

“Kami siap menyediakan teknologi untuk peluncuran roket, baik pada aspek teknis maupun teknologi lainnya,” ujar Dubes Tolchenov dalam konferensi pers di Jakarta. Ia menambahkan bahwa bentuk dukungan akan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Indonesia. “Rusia akan memberikan apa pun yang diinginkan pihak Indonesia, dan saat ini kami sedang mempelajari apa yang menjadi prioritas mereka,” katanya.

Latar Belakang Ambisi Antariksa Indonesia

Indonesia telah lama bercita-cita memiliki fasilitas antariksa sendiri. Sejak 2019, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)—yang kini terintegrasi ke dalam BRIN—menetapkan Biak sebagai lokasi ideal untuk stasiun antariksa. Pulau ini memiliki keunggulan geografis karena terletak hanya 1 derajat di selatan garis khatulistiwa, memungkinkan peluncuran roket yang lebih efisien dengan memanfaatkan rotasi Bumi. Selain itu, Biak menghadap langsung ke Samudra Pasifik, mengurangi risiko terhadap wilayah berpenduduk.

Lahan seluas 100 hektar di Desa Saukobye, Biak Utara, yang dimiliki LAPAN sejak 1980-an, menjadi fondasi proyek ini. Awalnya digunakan sebagai stasiun pengamat antariksa, lokasi ini kini akan dikembangkan menjadi pusat peluncuran modern dengan dukungan Rusia.

Kerja Sama Roscosmos dan BRIN

Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari nota kesepahaman yang ditandatangani pada 2023 antara Roscosmos dan BRIN. Rusia, yang memiliki sejarah gemilang dalam eksplorasi antariksa—termasuk peluncuran satelit pertama, Sputnik, pada 1957, dan pengiriman manusia pertama ke luar angkasa, Yuri Gagarin, pada 1961—akan berbagi keahliannya dengan Indonesia. Dukungan tersebut mencakup pembangunan landasan peluncuran roket, instalasi teknis, dan pelatihan tenaga ahli.

“Kami ingin memastikan bahwa bantuan kami sesuai dengan visi Indonesia untuk masa depan antariksa mereka,” kata Tolchenov. Ia juga menegaskan bahwa kerja sama ini murni untuk tujuan damai, sesuai dengan komitmen kedua negara dalam penggunaan antariksa untuk kepentingan kemanusiaan.

Keunggulan Strategis Biak

Biak dipilih bukan tanpa alasan. Lokasinya yang dekat dengan ekuator mirip dengan pusat peluncuran terkenal seperti Alcantara Space Center di Brasil, yang juga memanfaatkan posisi ekuatorial untuk efisiensi peluncuran. Bandara Frans Kaisiepo di Biak, dengan landasan pacu yang mampu menahan beban hingga 400 ton, turut mendukung logistik proyek ini. Namun, tantangan seperti risiko keselamatan peluncuran roket dan kekhawatiran masyarakat lokal terkait dampak lingkungan tetap menjadi perhatian yang harus diatasi.

Manfaat Jangka Panjang

Proyek ini diharapkan membawa dampak besar bagi Indonesia. Secara ekonomi, stasiun antariksa di Biak dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada peluncuran satelit dari luar negeri, bahkan membuka peluang untuk menyewakan fasilitas kepada negara lain atau perusahaan swasta. Dari sisi teknologi, transfer pengetahuan dari Rusia akan meningkatkan kapabilitas lokal dan mendorong pertumbuhan industri teknologi tinggi di Indonesia.

Secara geopolitik, keberadaan stasiun antariksa akan memperkuat posisi Indonesia di Asia-Pasifik, menjadikannya mitra strategis dalam misi antariksa internasional. “Ini adalah langkah besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain kunci di industri antariksa global,” ujar seorang analis teknologi antariksa.

Komitmen untuk Perdamaian

Tolchenov menegaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk eksplorasi antariksa yang damai. “Kerja sama bilateral antara Indonesia dan Rusia di bidang antariksa dilakukan demi perdamaian dan kemajuan bersama,” katanya. Pernyataan ini sejalan dengan posisi Indonesia di forum internasional, termasuk Sidang UNCOPUOS 2022, yang menekankan penggunaan antariksa untuk kesejahteraan umat manusia.

Masa Depan Antariksa Indonesia

Dengan dukungan Rusia, stasiun antariksa di Biak dapat menjadi simbol kemajuan teknologi Indonesia. Proyek ini tidak hanya akan meningkatkan kapabilitas nasional, tetapi juga membuka jalan bagi generasi mendatang untuk menjelajahi antariksa. Indonesia kini berada di ambang era baru, siap mengukir namanya di langit bersama negara-negara besar lainnya.