Saham Alibaba Anjlok 3% di Tengah Kesepakatan AI-Apple: Analisis Lengkap
Jakarta, 19 Mei 2025 – Saham Alibaba Group Holding Ltd (BABA) mengalami penurunan signifikan sebesar 3,08% pada Senin (19/05) siang waktu setempat. Penurunan ini terjadi di tengah pengumuman kesepakatan kontroversial antara Alibaba dan Apple (AAPL) untuk mengintegrasikan fitur kecerdasan buatan (AI) ke dalam iPhone yang dijual di China. Kesepakatan ini memicu kekhawatiran di kalangan investor dan pemerintah Amerika Serikat (AS), khususnya terkait potensi risiko keamanan nasional dan privasi data pengguna. Selain itu, laporan pendapatan kuartal terakhir Alibaba yang di bawah ekspektasi analis turut memperburuk sentimen pasar.
Konteks Kesepakatan Apple-Alibaba
Pada awal Mei 2025, Alibaba mengumumkan kemitraan strategis dengan Apple untuk membawa teknologi AI-nya ke ekosistem iPhone di pasar China. Langkah ini dirancang untuk meningkatkan daya saing Apple melawan raksasa lokal seperti Huawei dan Xiaomi, yang telah lama menguasai pasar dengan inovasi AI mereka. Alibaba, yang dikenal sebagai pemimpin dalam teknologi cloud dan AI di China, diharapkan menjadi mitra kunci bagi Apple untuk merebut kembali pangsa pasar yang mulai tergerus.
Namun, kesepakatan ini langsung menuai sorotan tajam dari pemerintah AS. Menurut Reuters, Departemen Perdagangan AS dan anggota Kongres mulai menyelami detail kemitraan ini, dengan fokus pada kemungkinan transfer teknologi sensitif ke China. Kekhawatiran utama adalah bahwa Alibaba, yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah China, dapat memanfaatkan kesepakatan ini untuk meningkatkan kemampuan AI Beijing, termasuk dalam pengembangan chatbot yang tunduk pada sensor ketat.
Reaksi Pasar: Penurunan Saham dan Ketidakpastian
Penurunan saham Alibaba sebesar 3,08% menjadi salah satu sorotan utama di pasar saham global pada hari Senin. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa saham Alibaba bahkan sempat anjlok hingga 4,8% di bursa Hong Kong, memimpin pelemahan di Hang Seng China Enterprises Index. Penurunan ini kontras dengan kinerja saham Alibaba sebelumnya, yang telah melonjak lebih dari 40% sepanjang tahun 2025 berkat optimisme awal terhadap ekspansi AI-nya.
Analis dari Forbes mencatat bahwa ketidakpastian seputar regulasi AS menjadi pemicu utama penurunan ini. "Investor khawatir bahwa tekanan dari Washington dapat membatalkan atau menunda kesepakatan ini, yang akan berdampak besar pada prospek pertumbuhan Alibaba dan Apple di China," ujar Jane Lin, analis pasar senior di Goldman Sachs. Sementara itu, Apple juga menghadapi risiko signifikan, mengingat China adalah pasar terbesar keduanya setelah AS, meskipun penjualannya di sana turun 2,3% pada kuartal terakhir.
Kekhawatiran Keamanan Nasional dan Privasi Data
Pemerintah AS telah lama memandang hubungan antara perusahaan teknologi China dan Partai Komunis China (PKC) dengan kecurigaan. Dalam kasus ini, kesepakatan Apple-Alibaba memunculkan pertanyaan kritis tentang data pengguna. Menurut The Wall Street Journal, pejabat AS meminta Apple untuk mengungkapkan jenis data apa yang akan dibagikan dengan Alibaba dan apakah ada jaminan bahwa data tersebut tidak akan jatuh ke tangan pemerintah China.
Anggota Kongres Raja Krishnamoorthi, dalam wawancara dengan CNN, menyebut Alibaba sebagai "contoh nyata" dari strategi fusi sipil-militer PKC. Ia menyoroti kurangnya transparansi dari Apple, terutama karena hanya Alibaba yang secara resmi mengumumkan kesepakatan ini, sementara Apple memilih bungkam. Hal ini memicu spekulasi bahwa Apple sedang menimbang-nimbang tekanan dari AS sebelum membuat pernyataan publik.
Sumber dari TechCrunch juga melaporkan bahwa ada kekhawatiran bahwa teknologi AI Alibaba dapat digunakan untuk memperluas jangkauan alat sensor Beijing, yang bertentangan dengan nilai-nilai privasi yang dijunjung tinggi di Barat. Hal ini menambah kompleksitas hubungan teknologi AS-China yang sudah tegang.
Kinerja Keuangan Alibaba: Ekspektasi yang Tidak Terpenuhi
Selain tekanan eksternal, penurunan saham Alibaba juga dipicu oleh faktor internal. Laporan pendapatan kuartal terakhir perusahaan, yang dirilis minggu lalu, menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan. Menurut Yahoo Finance, divisi AI Alibaba, yang menjadi tumpuan harapan investor, gagal mencapai target pendapatan. Hal ini mengecewakan pasar yang sebelumnya memproyeksikan Alibaba akan terus mendominasi industri AI di China.
Ketegangan perdagangan AS-China yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump juga menjadi beban tambahan. Meskipun hanya 12% pendapatan Alibaba berasal dari luar China, ketidakpastian global tetap memengaruhi persepsi investor terhadap saham perusahaan.
Pandangan Para Ahli dan Implikasi Jangka Panjang
Para analis pasar memiliki pandangan beragam tentang masa depan kesepakatan ini. Menurut Benzinga, kemitraan dengan Alibaba dapat menjadi "game changer" bagi Apple di China, terutama jika berhasil mengatasi hambatan regulasi. "Tanpa mitra lokal yang kuat seperti Alibaba, Apple akan terus tertinggal dari Huawei dan Xiaomi," kata Michael Chen, analis teknologi di Morgan Stanley.
Namun, risiko geopolitik tidak bisa diabaikan. CNBC melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk memasukkan Alibaba ke dalam daftar hitam perdagangan, serupa dengan yang dialami Huawei pada 2019. Jika ini terjadi, dampaknya akan meluas tidak hanya pada Alibaba, tetapi juga pada operasi global Apple.
Di sisi lain, The Financial Times menyoroti bahwa kesepakatan ini dapat memperburuk ketegangan teknologi antara AS dan China. "Ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga pertarungan supremasi teknologi global," tulis kolumnis FT, David Pilling.
Sentimen Publik di Media Sosial
Di platform X, reaksi publik terhadap kesepakatan ini bercampur antara kekhawatiran dan skeptisisme. Seorang pengguna menulis, "Apple bermitra dengan Alibaba untuk AI di China? Ini seperti menyerahkan kunci privasi kita ke Beijing." Postingan lain menyebutkan, "Saham Alibaba turun 3%, tapi yang lebih besar adalah risiko reputasi Apple di AS." Sentimen ini mencerminkan ketidakpercayaan yang berkembang terhadap kolaborasi teknologi lintas batas.
Kesimpulan
Penurunan saham Alibaba sebesar 3,08% pada 19 Mei 2025 adalah cerminan dari berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan: mulai dari kekhawatiran keamanan nasional AS, privasi data, hingga kinerja keuangan yang mengecewakan. Meskipun kesepakatan dengan Apple menawarkan potensi keuntungan besar di pasar China, risiko regulasi dan geopolitik menjadi bayang-bayang yang sulit dihindari. Dunia kini menunggu langkah selanjutnya dari kedua perusahaan ini, serta respons pemerintah AS yang dapat menentukan nasib kemitraan ambisius ini.