Saham DigiAsia Corp Melonjak 83% di Nasdaq Usai Rencana Akuisisi Bitcoin Rp1,6 Triliun


DigiAsia Corp (NASDAQ: FAAS), perusahaan teknologi finansial (fintech) yang berbasis di Singapura dengan operasi signifikan di Jakarta, Indonesia, mengumumkan rencana ambisius untuk membentuk cadangan strategis Bitcoin (BTC) sebagai bagian dari strategi treasuri perusahaan. Pengumuman ini langsung memicu kenaikan drastis saham FAAS di bursa Nasdaq, melonjak 83% pada hari Senin, 19 Mei 2025, menurut data TradingView. Langkah ini menandai pergeseran besar dalam strategi keuangan DigiAsia, sekaligus menempatkan perusahaan ini sebagai pionir di kalangan fintech Asia Tenggara yang merangkul aset kripto.
Latar Belakang DigiAsia
DigiAsia Corp adalah penyedia layanan Fintech-as-a-Service (FaaS) yang beroperasi dengan model B2B2X, fokus melayani pasar berkembang di Asia Tenggara. Perusahaan ini menawarkan berbagai solusi keuangan digital, termasuk pembayaran non-tunai, dompet digital, pengiriman uang, dan layanan perbankan, dengan misi meningkatkan inklusi keuangan bagi pedagang dan konsumen yang kurang terlayani. Berbasis di Singapura namun dengan jaringan luas di Indonesia—meliputi lebih dari 70 perusahaan ternama dan 1,2 juta pedagang—DigiAsia telah menjadi pemain kunci dalam ekosistem fintech regional.
Strategi Bitcoin yang Berani
Pada 15 Mei 2025, DigiAsia mengungkapkan rencana untuk mengintegrasikan Bitcoin ke dalam cadangan kasnya. Strategi ini terdiri dari dua elemen utama:
Alokasi Laba: Perusahaan akan mengalokasikan hingga 50% dari laba bersihnya untuk membeli Bitcoin secara berkelanjutan, menegaskan keyakinan mereka pada aset digital ini sebagai penyimpan nilai jangka panjang.
Penggalangan Modal: DigiAsia juga berencana mengumpulkan dana sebesar US$100 juta (setara Rp1,6 triliun) melalui penerbitan saham dan surat utang untuk memulai posisi Bitcoin mereka.
Selain itu, perusahaan ini bekerja sama dengan mitra teregulasi untuk mengeksplorasi peluang menghasilkan imbal hasil dari Bitcoin, seperti melalui pinjaman institusional dan staking. Langkah ini diharapkan tidak hanya memperkuat posisi keuangan DigiAsia, tetapi juga menciptakan aliran pendapatan tambahan.
Alasan di Balik Langkah Ini
Co-CEO DigiAsia, Prashant Gokarn, yang sebelumnya menjabat sebagai eksekutif senior di Indosat, menjelaskan visi perusahaan: “Kami menilai Bitcoin sebagai investasi jangka panjang yang menjanjikan serta pondasi baru dalam strategi keuangan modern. Dengan mengintegrasikan Bitcoin ke dalam treasuri kami, kami bertujuan untuk melindungi dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham, sekaligus memposisikan DigiAsia di garis depan inovasi fintech dan blockchain.”
Pandangan ini mencerminkan tren global di mana perusahaan-perusahaan mulai mendiversifikasi cadangan mereka dengan aset digital, terutama Bitcoin, yang kerap disebut sebagai “emas digital” karena kelangkaannya dan potensinya sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Reaksi Pasar yang Menggembirakan
Pengumuman ini disambut antusias oleh pasar. Pada 19 Mei 2025, saham DigiAsia melonjak 83% pada penutupan perdagangan, meskipun laporan awal menyebutkan kenaikan hingga lebih dari 180% selama jam perdagangan awal. Volatilitas tinggi ini dapat dikaitkan dengan float saham yang rendah dan harga perdagangan di bawah US$1, yang sering kali memicu pergerakan harga signifikan.
Tantangan Terkini
Meski mendapat respons positif, DigiAsia sempat menghadapi kendala. Pada 22 April 2025, perusahaan menerima pemberitahuan dari Nasdaq karena tidak memenuhi nilai pasar minimum sekuritas yang terdaftar (MVLS) sebesar US$35 juta. Nasdaq memberikan waktu hingga 20 Oktober 2025 untuk memenuhi persyaratan tersebut. Kenaikan saham baru-baru ini dapat membantu perusahaan mengatasi masalah kepatuhan ini, namun stabilitas jangka panjang tetap menjadi kunci.
Lebih dari Sekadar Treasuri
DigiAsia tidak hanya berhenti pada cadangan Bitcoin. Perusahaan ini juga berencana mengintegrasikan pembayaran kripto ke dalam ekosistem perdagangan digitalnya. Melalui kemitraan dengan bursa kripto terkemuka di Asia Tenggara, DigiAsia bertujuan menjadikan kripto sebagai opsi pembayaran dan penyedia dompet digital bagi jaringan pedagang dan perusahaannya. Inisiatif ini dapat mempercepat adopsi aset digital di kawasan tersebut.
Selain itu, Bank Indonesia baru-baru ini menyetujui teknologi deteksi penipuan berbasis AI milik DigiAsia, menambah daftar pencapaian perusahaan dalam inovasi fintech.
Risiko dan Prospek
Meski ambisius, strategi ini bukannya tanpa risiko. Volatilitas harga Bitcoin dapat memengaruhi nilai treasuri perusahaan, dan ketidakpastian regulasi di sektor kripto tetap menjadi tantangan. Keberhasilan penggalangan modal dan kemampuan menghasilkan imbal hasil dari Bitcoin juga masih harus dibuktikan.
Namun, langkah berani DigiAsia menunjukkan komitmennya terhadap inovasi dan keyakinan pada potensi transformatif aset digital. Dengan menjalankan strategi ini, DigiAsia tidak hanya mendiversifikasi treasuri, tetapi juga memposisikan diri sebagai pemimpin dalam konvergensi fintech dan teknologi blockchain di Asia Tenggara.
Image Source: Digiasia