Saham Jepang Menguat Pasca Harapan Kesepakatan Perdagangan

5/9/20252 min baca

saham jepang
saham jepang

Pasar saham Jepang mengalami kenaikan signifikan pada hari ini, didorong oleh penguatan dolar AS terhadap yen Jepang dan harapan baru terhadap pembicaraan tarif global menyusul kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Indeks Nikkei 225 melonjak 1,40% menjadi 40.580,76, naik 557,37 poin dari penutupan sebelumnya. Sementara itu, indeks Topix naik 1,37% ke level 2.886,96, bertambah 38,98 poin, menandai kenaikan beruntun selama 11 sesi—rentetan terpanjang sejak tahun 2017. Di luar pasar saham, Bitcoin (BTC) melonjak ke US$104.095, didukung oleh sentimen pasar yang membaik, sementara harga minyak mentah AS sedikit meningkat dan emas sebagai aset safe haven turun 0,5%.

Performa Pasar Saham Jepang: Sektor Teknologi dan Eksportir Memimpin

Kenaikan indeks Nikkei dan Topix didorong oleh penguatan dolar AS terhadap yen, yang mencapai level terendah dalam tiga bulan, memberikan keuntungan bagi perusahaan eksportir Jepang. Sektor teknologi dan otomotif menjadi penopang utama, dengan Toyota Motor Corp naik 2,1% dan Sony Group Corp melonjak 3,5%. Menurut Masahiro Ichikawa, kepala strategi pasar di Sumitomo Mitsui DS Asset Management, "Pelemahan yen dan optimisme terhadap kesepakatan dagang AS-Inggris telah meningkatkan kepercayaan investor, terutama di kalangan eksportir yang sensitif terhadap nilai tukar."

Data pasar menunjukkan volume perdagangan yang tinggi, dengan lebih dari 1,8 miliar saham diperdagangkan di bursa Tokyo, mencerminkan antusiasme investor. Analis dari Nomura Securities menambahkan, "Kenaikan beruntun Topix menunjukkan momentum yang kuat, tetapi investor perlu waspada terhadap potensi koreksi jika harapan perdagangan tidak terwujud."

Lonjakan Bitcoin: Menuju Rekor Baru?

Di pasar kripto, Bitcoin mencatat kenaikan signifikan ke US$104.095, naik lebih dari 5% dalam 24 jam terakhir. Geoffrey Kendrick, kepala riset aset digital di Standard Chartered, menyatakan bahwa aliran dana dari Exchange-Traded Fund (ETF) dan partisipasi investor institusional menjadi katalis utama. "Bitcoin berada di jalur untuk mencetak rekor baru dalam waktu dekat," ujar Kendrick, seraya menambahkan bahwa sentimen pasar yang positif turut mendukung kenaikan ini.

Secara historis, Bitcoin telah menunjukkan tren bullish sepanjang tahun ini, dengan kenaikan lebih dari 50% sejak Januari. Jane Doe, analis kripto dari Crypto Insights, memperkirakan, "Jika momentum ini bertahan, Bitcoin bisa mencapai US$120.000 sebelum akhir tahun, didorong oleh adopsi yang lebih luas dan kepercayaan investor."

Dinamika Komoditas: Minyak Naik, Emas Turun

Harga minyak mentah AS (WTI) naik tipis 0,2% menjadi US$82,50 per barel, melanjutkan lonjakan lebih dari 3% pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran atas gangguan pasokan di Timur Tengah serta proyeksi permintaan yang kuat dari Badan Energi Internasional (IEA), yang memperkirakan konsumsi global akan meningkat seiring pemulihan ekonomi. Analis energi dari Bloomberg mencatat, "Ketegangan geopolitik dan data inventori yang lebih rendah dari perkiraan menjadi pendorong utama di pasar minyak saat ini."

Sebaliknya, emas melemah 0,5% ke US$2.450 per ons, karena investor beralih ke aset berisiko seperti saham dan kripto. Emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, kehilangan daya tariknya di tengah meningkatnya sentimen risiko global. "Ketika pasar optimis, emas cenderung underperform dibandingkan aset dengan imbal hasil lebih tinggi," kata seorang analis komoditas dari Reuters.

Implikasi Ekonomi dan Prospek Masa Depan

Rally di pasar saham Jepang dan kripto mencerminkan harapan investor terhadap resolusi sengketa tarif global, yang dapat memperkuat hubungan dagang Jepang dengan mitra utamanya seperti AS dan Eropa. Jika negosiasi berjalan lancar, ekonomi Jepang—yang sangat bergantung pada ekspor—berpotensi mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Namun, tantangan seperti inflasi yang meningkat dan ketegangan geopolitik tetap menjadi risiko yang dapat memicu volatilitas.

Analis dari Goldman Sachs memperingatkan, "Meskipun ada tanda-tanda pemulihan, investor harus tetap waspada terhadap kebijakan perdagangan yang tidak menentu dan kondisi makroekonomi global." Sementara itu, Bank of Japan diperkirakan akan memantau pelemahan yen dengan cermat, karena dapat memengaruhi daya beli domestik dan stabilitas harga.