Saham Tesla Melonjak 3,7% Setelah Trump Beli Model S: Dukungan atau Pelanggaran Etika?

3/12/20252 min baca

Donald trump dengan elon musk bersama mobil tesla
Donald trump dengan elon musk bersama mobil tesla

Surakarta – Saham Tesla (TSLA) mengalami kenaikan signifikan sebesar 3,7%, mencapai US$230,5 per lembar, pada Selasa (11/03). Lonjakan ini dipicu oleh aksi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membeli sebuah Tesla Model S berwarna merah di Gedung Putih. Trump, yang tampak antusias, memuji mobil listrik tersebut dengan mengatakan, "Mobil ini sangat luar biasa," sambil duduk di kursi pengemudi di area South Lawn. Namun, di balik euforia pasar, tindakan ini memicu kontroversi terkait etika kepresidenan dan potensi konflik kepentingan.

Kenaikan Saham dan Dukungan Trump

Keputusan Trump untuk membeli Tesla Model S dan memamerkannya secara terbuka di Gedung Putih langsung berdampak pada pasar saham. Harga saham Tesla melonjak seketika, memberikan angin segar bagi perusahaan yang belakangan menghadapi penurunan penjualan. Trump sendiri menyatakan harapannya bahwa dukungan ini dapat meningkatkan minat konsumen terhadap produk Tesla. Ia bahkan berencana membayar mobil tersebut dengan cek pribadi dan menyimpannya di Gedung Putih untuk digunakan oleh stafnya.

Namun, apakah langkah ini murni dukungan terhadap inovasi atau ada motif lain? Mengingat hubungan dekat Trump dengan CEO Tesla, Elon Musk, banyak pihak mempertanyakan apakah ini bentuk favoritisme yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang presiden.

Kontroversi Etika

Tindakan Trump menuai kritik tajam, terutama dari Richard Painter, mantan Chief White House Ethics Lawyer. Menurut Painter, dukungan terbuka Trump terhadap Tesla berpotensi melanggar aturan etika yang melarang pejabat publik memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi atau perusahaan tertentu. "Ini terlihat seperti pemerintah membeda-bedakan pelaku pasar di AS, dan Tesla menjadi pemenangnya," tegas Painter.

Kritik ini bukan tanpa dasar. Sebagai presiden, setiap keputusan Trump memiliki bobot politik dan ekonomi yang besar. Dengan mempromosikan Tesla secara eksplisit, ia bisa dianggap memberikan keuntungan tidak adil bagi perusahaan tersebut, terutama di tengah persaingan ketat dalam industri otomotif.

Implikasi bagi Tesla dan Trump

Bagi Tesla, kenaikan saham ini tentu menjadi kabar baik dalam jangka pendek. Penjualan yang tengah merosot bisa mendapat dorongan dari publisitas gratis ini. Namun, ada risiko jangka panjang: ketergantungan pada dukungan politik dapat merusak citra Tesla sebagai perusahaan yang berdiri atas inovasi dan kinerja mandiri.

Sementara itu, bagi Trump, langkah ini bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia mungkin berhasil memperkuat hubungan dengan Musk dan basis pendukungnya yang mengagumi langkah berani. Di sisi lain, ia berisiko menghadapi sorotan hukum atau penurunan kepercayaan publik jika tindakan ini dianggap melanggar etika kepresidenan.

Kesimpulan: Keuntungan Sementara atau Kerugian Abadi?

Lonjakan saham Tesla sebesar 3,7% setelah pembelian Trump menunjukkan kekuatan pengaruh seorang presiden terhadap pasar. Namun, di balik keberhasilan ini, muncul pertanyaan besar: apakah tindakan ini pantas dilakukan oleh seorang pemimpin negara? Apakah ini akan menjadi strategi cerdas yang menguntungkan Tesla, atau justru noda dalam catatan etika Trump? Untuk saat ini, investor Tesla boleh tersenyum, tetapi dampak sebenarnya baru akan terlihat seiring berjalannya waktu.

Image Source: The New York Times