Singapura Kembangkan Robot Humanoid untuk Tugas Berisiko Tinggi, Operasional Mulai 2027

5/30/20253 min baca

Singapura Kembangkan Robot Humanoid untuk Tugas Berisiko Tinggi, Operasional Mulai 2027
Singapura Kembangkan Robot Humanoid untuk Tugas Berisiko Tinggi, Operasional Mulai 2027

Pemerintah Singapura, melalui Home Team Science and Technology Agency (HTX), sedang mengembangkan robot humanoid untuk menangani tugas-tugas berisiko tinggi seperti pemadaman kebakaran, penanganan bahan berbahaya, dan misi penyelamatan. Proyek ambisius ini dijadwalkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2027, didukung oleh investasi sebesar S$100 juta (sekitar Rp1,2 triliun). Menteri Pengembangan Digital dan Informatika Singapura, Josephine Teo, mengumumkan inisiatif ini dalam pembukaan pameran AI TechXplore di Fusionopolis One pada 26 Mei 2025, di mana empat prototipe robot humanoid pertama kali diperkenalkan kepada publik.

Tahap Awal dan Transisi ke Otonomi

Pada tahap awal, robot-robot ini akan dikendalikan jarak jauh oleh operator manusia. Namun, rencananya pada tahun 2029, mereka akan beroperasi secara mandiri dengan dukungan kecerdasan buatan (AI). Teknologi AI ini memungkinkan robot untuk menganalisis situasi di lapangan secara real-time dan mengambil keputusan tanpa banyak intervensi manusia, bahkan dalam kondisi yang kompleks dan berbahaya. Menurut The Straits Times, robot-robot ini mengintegrasikan teknologi dari platform seperti Unitree G1 dan Zhiyuan AGIBOT A2, yang telah terbukti mampu menangani tugas-tugas ekstrem. Tiga prototipe memiliki tinggi sekitar 1,7 meter, sementara satu lainnya lebih kecil, sekitar 0,5 meter, dilengkapi sensor canggih seperti kamera dan lidar untuk navigasi dan pengumpulan data.

Phoenix: Model Bahasa Lokal

Selain robot, HTX juga memperkenalkan Phoenix, sebuah model bahasa besar (Large Language Model/LLM) yang mampu berkomunikasi dalam empat bahasa resmi Singapura: Inggris, Mandarin, Melayu, dan Tamil. Phoenix dirancang untuk mendukung operasi keamanan publik dan berpotensi diintegrasikan ke dalam robot humanoid, meningkatkan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat dalam situasi darurat. Kemampuan multibahasa ini menjadikan teknologi ini lebih inklusif dan relevan di tengah keragaman linguistik Singapura.

Latar Belakang dan Urgensi Proyek

Josephine Teo menyoroti urgensi proyek ini dalam menghadapi tantangan keamanan modern. “Kriminal masa kini makin lihai memanfaatkan teknologi. Karena itu, aparat keamanan juga harus punya kemampuan untuk menggunakan teknologi demi melindungi masyarakat,” katanya. Pernyataan ini sejalan dengan tren global di mana pelaku kejahatan semakin canggih, mendorong inovasi dalam teknologi penegakan hukum. Proyek ini juga mencerminkan komitmen Singapura untuk memanfaatkan AI dan robotika guna meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko bagi petugas manusia.

Tantangan Teknologi dan Etika

Pengembangan robot humanoid ini bukan tanpa hambatan. Transisi menuju otonomi penuh pada 2029 bergantung pada kemajuan AI dalam memproses data dan beradaptasi dengan situasi yang tidak terduga. Menurut TechXplore, keandalan sistem AI dalam skenario kritis menjadi fokus utama. Selain itu, ada tantangan etika yang signifikan. Bagaimana memastikan robot tidak disalahgunakan atau gagal berfungsi di tengah operasi yang menentukan hidup dan mati? The Conversation menambahkan bahwa meskipun robot dapat menggantikan manusia dalam tugas berisiko, peran manusia dalam pengambilan keputusan strategis tetap tak tergantikan.

Konteks Global dan Dampak Lokal

Singapura bukan satu-satunya negara yang berinvestasi dalam robotika untuk keamanan publik. Jepang dan Amerika Serikat telah lama mengembangkan teknologi serupa, tetapi inisiatif Singapura menonjol dengan pendekatan holistik yang menggabungkan AI, robotika, dan model bahasa lokal. Jika sukses, proyek ini dapat menjadi model bagi negara lain, terutama di Asia Tenggara. Di dalam negeri, robot ini diharapkan dapat menyelamatkan nyawa dengan mengambil alih tugas berbahaya, meskipun ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap tenaga kerja manusia di sektor keamanan.

Investasi Strategis dan Inovasi

Dana S$100 juta yang dialokasikan untuk proyek ini menegaskan visi jangka panjang Singapura sebagai pusat inovasi teknologi. Pameran di Fusionopolis One tidak hanya menampilkan robot, tetapi juga menegaskan komitmen negara ini untuk mengintegrasikan teknologi mutakhir dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan proyek ini juga berpotensi meningkatkan daya tarik Singapura bagi investor dan talenta global di bidang AI dan robotika, sebagaimana dilaporkan oleh BBC News Indonesia.

Regulasi dan Persepsi Publik

Seiring robot menjadi lebih otonom, kebutuhan akan kerangka regulasi yang jelas semakin mendesak. Isu seperti tanggung jawab atas kegagalan sistem, privasi data, dan penggunaan etis AI harus diatasi melalui legislasi yang kuat. Sementara itu, persepsi publik terhadap robot ini bervariasi. Beberapa menyambutnya sebagai langkah modernisasi, tetapi yang lain khawatir tentang privasi dan potensi penggantian pekerjaan. Transparansi dari pemerintah akan menjadi kunci untuk membangun kepercayaan masyarakat.

Image Source: ST PhotoJason Quah