Tak Sejalan dengan Perintah Trump, The Fed Tetap Tahan Suku Bunga di 4,25-4,50%


Jakarta, 8 Mei 2025 – Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), secara resmi memutuskan untuk menahan suku bunga acuan pada kisaran 4,25% hingga 4,50% dalam pengumuman yang dirilis pada Kamis (07/04/2025) dini hari waktu AS. Keputusan ini diambil meskipun Presiden AS, Donald Trump, secara terbuka mendesak Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk memangkas suku bunga guna memberikan dorongan lebih besar pada perekonomian AS yang tengah bergerak stabil. Powell, bagaimanapun, menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap berpijak pada data ekonomi terkini, bukan tekanan politik.
Dalam pernyataannya, Powell menyatakan, “Kami berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2% sambil menjaga pasar tenaga kerja yang kuat.” Keputusan ini didukung oleh data positif ketenagakerjaan AS, yang menunjukkan penambahan 177.000 lapangan kerja baru pada April 2025, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS). Selain itu, The Fed juga berencana untuk mengurangi kepemilikan surat berharganya secara bertahap sebagai bagian dari strategi normalisasi neraca keuangan, sebuah langkah yang telah lama diantisipasi oleh pelaku pasar.
Latar Belakang dan Tekanan Politik
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga terjadi di tengah sorotan tajam dari Gedung Putih. Presiden Trump, yang dikenal vokal terhadap kebijakan moneter, berargumen bahwa penurunan suku bunga akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing AS di pasar global. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada awal April 2025, Trump menyatakan, “Suku bunga yang tinggi membunuh bisnis kecil dan menghambat ekspansi ekonomi. Powell harus bertindak sekarang.” Namun, Powell dengan tegas mempertahankan independensi The Fed, menekankan bahwa keputusan akan didasarkan pada fakta dan angka, bukan sentimen politik.
Data ekonomi terbaru memberikan landasan kuat bagi sikap The Fed. Inflasi AS tercatat stabil di 2,3% pada Maret 2025, sedikit di atas target 2%, menurut laporan Reuters. Sementara itu, tingkat pengangguran tetap rendah di 3,8%, mencerminkan pasar tenaga kerja yang sehat. Analis dari Morgan Stanley menilai bahwa kondisi ini memberikan ruang bagi The Fed untuk tetap mempertahankan kebijakan saat ini tanpa risiko overheating ekonomi.
Reaksi Pasar dan Prediksi Ahli
Pasar keuangan merespons keputusan ini dengan optimisme hati-hati. Indeks S&P 500 naik sebesar 0,5% segera setelah pengumuman, menandakan kepercayaan investor terhadap stabilitas kebijakan moneter. Sementara itu, imbal hasil obligasi 10-tahun AS sedikit meningkat ke 4,1%, menurut data Bloomberg, mencerminkan ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap stabil dalam waktu dekat.
Analis dari Goldman Sachs memperkirakan bahwa The Fed tidak akan mengubah suku bunga hingga setidaknya akhir 2025, kecuali ada guncangan ekonomi besar seperti resesi global atau lonjakan inflasi yang tidak terduga. “The Fed tampaknya berada dalam posisi wait-and-see. Mereka ingin memastikan inflasi benar-benar terkendali sebelum mengambil langkah lebih lanjut,” tulis kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius, dalam laporan terbarunya.
Dampak Global dan Respons Indonesia
Kebijakan The Fed memiliki efek domino di pasar global, termasuk Indonesia. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di 6,25% pada rapat kebijakan berikutnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan, “Kami akan terus memantau kebijakan The Fed dan dampaknya terhadap arus modal serta inflasi domestik.” Nilai tukar rupiah tercatat stabil di kisaran Rp16.500 per dolar AS, didukung oleh kinerja ekspor komoditas seperti minyak kelapa sawit dan batu bara yang tetap kuat, menurut data Bank Indonesia.
Di sisi lain, ekonom dari Mandiri Sekuritas, Leo Putra, menambahkan bahwa stabilitas suku bunga AS memberikan kepastian bagi investor asing untuk tetap menanamkan modal di pasar emerging seperti Indonesia. “Selama The Fed tidak membuat kejutan, rupiah dan pasar saham Indonesia akan tetap resilien,” katanya dalam wawancara dengan Kompas.
Kesimpulan
Keputusan The Fed untuk menahan suku bunga di 4,25-4,50% mencerminkan pendekatan hati-hati dalam menghadapi tekanan politik dan dinamika ekonomi global. Dengan fokus pada inflasi 2% dan pasar tenaga kerja yang tangguh, Powell dan timnya menunjukkan komitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang. Bagi Indonesia, kebijakan ini memberikan ruang bagi BI untuk mempertahankan stabilitas moneter sambil terus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.