Tarif Trump Diproyeksikan Bakal Dorong Inflasi AS Naik ke 2,5%
Menurut Trading Economics, inflasi di Amerika Serikat (AS) diproyeksikan meningkat tipis sebesar 0,1%, dari 2,4% menjadi 2,5%, pada bulan April tahun ini. Kenaikan ini didorong oleh tekanan harga yang muncul akibat tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump. Tarif ini, yang menargetkan berbagai barang impor terutama dari China, telah memengaruhi dinamika harga di pasar domestik AS.
Para analis dari Bloomberg menjelaskan bahwa kenaikan inflasi terjadi karena permintaan barang eceran melambat signifikan. "Mengapa inflasi harga konsumen begitu moderat meskipun biaya tarif sebagian besar ditanggung oleh pihak AS? Kami pikir itu karena permintaan melambat untuk penjualan eceran, dan pengecer merasa sulit untuk menaikkan harga tanpa harus ada penurunan tajam dalam permintaan meskipun mereka tetap akan mencoba," tulis mereka. Kondisi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi sektor ritel dalam menyerap biaya tambahan tanpa kehilangan pelanggan.
Tren Inflasi dan Konteks Historis
Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan bahwa inflasi tahunan AS pada 2023 mencapai 3,4%, naik dari 2,6% pada 2022. Meskipun proyeksi kenaikan ke 2,5% pada April tampak kecil, ini tetap konsisten dengan tren inflasi yang berangsur meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Faktor-faktor seperti gangguan rantai pasok global dan kebijakan perdagangan proteksionis turut berkontribusi pada tekanan harga ini.
Dampak Ekonomi Tarif Trump
Tarif Trump, yang pertama kali diterapkan secara luas pada 2018, telah memicu perdebatan di kalangan ekonom. Menurut studi dari Peterson Institute for International Economics, tarif pada 2018-2019 telah membebani konsumen dan bisnis AS dengan tambahan biaya sebesar US$79 miliar. Sektor seperti manufaktur, pertanian, dan ritel merasakan dampak langsung, dengan harga barang impor seperti elektronik dan bahan baku meningkat. Di sisi lain, pendukung tarif berargumen bahwa kebijakan ini melindungi industri dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Namun, Oxford Economics memperingatkan bahwa tarif ini dapat memangkas pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,3% pada 2019, sebuah efek yang kemungkinan masih berlanjut hingga saat ini. Selain itu, lapangan kerja di sektor-sektor yang bergantung pada impor, seperti logistik dan ritel, juga berpotensi terdampak negatif.
Kesepakatan AS-China: Penundaan Tarif 90 Hari
Meskipun dampak tarif diperkirakan baru terasa penuh dalam beberapa bulan ke depan, AS dan China telah mencapai kesepakatan sementara untuk menunda pemberlakuan tarif tambahan selama 90 hari. Kesepakatan ini diraih pada KTT G20 di Buenos Aires pada Desember 2018, ketika Trump dan Presiden China, Xi Jinping, sepakat untuk menghentikan eskalasi perang dagang sambil melanjutkan negosiasi. Langkah ini memberikan ruang napas bagi pelaku pasar, meskipun para analis tetap skeptis bahwa dampak tarif yang sudah ada akan segera mereda.
Proyeksi dan Implikasi Jangka Panjang
Proyeksi inflasi 2,5% pada April hanyalah salah satu indikator dari efek berlapis yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif Trump. Dengan meningkatnya biaya impor, konsumen AS kemungkinan akan menghadapi harga yang lebih tinggi untuk barang sehari-hari, sementara bisnis mungkin perlu menyesuaikan strategi mereka untuk tetap kompetitif. Meskipun kesepakatan dengan China menawarkan harapan akan de-eskalasi, ketidakpastian perdagangan global tetap menjadi faktor kunci yang dapat memengaruhi ekonomi AS ke depan.