Tesla Bantah Rumor Pencarian CEO Baru, Tegaskan Elon Musk Tetap Pimpin Perusahaan
Jakarta, 3 Mei 2025 – Tesla, raksasa kendaraan listrik asal Amerika Serikat (AS), dengan tegas membantah rumor yang menyebutkan perusahaan tengah mencari CEO baru untuk menggantikan Elon Musk. Isu ini pertama kali mencuat melalui laporan Wall Street Journal (WSJ) yang mengklaim bahwa fokus Musk yang terpecah telah memengaruhi kinerja Tesla, menyebabkan saham perusahaan anjlok hingga puluhan persen. Namun, Chairman Tesla, Robyn Denholm, langsung merespons dan menegaskan bahwa Elon Musk tetap menjadi pemimpin yang dipercaya untuk membawa Tesla ke masa depan.
Dalam pernyataan resminya di akun Tesla di platform X, Denholm menulis, “Hal ini sama sekali tidak benar. CEO Tesla adalah Elon Musk, dan Dewan sangat percaya diri dengan kemampuannya untuk terus mengeksekusi rencana pertumbuhan yang menarik di masa depan.” Pernyataan ini sekaligus meredakan kekhawatiran investor yang mulai mempertanyakan stabilitas kepemimpinan perusahaan di tengah tantangan finansial yang signifikan.
Konteks Penurunan Kinerja Tesla
Kinerja Tesla mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan sejak awal 2025, bertepatan dengan pelantikan Elon Musk sebagai Kepala Department of Government Efficiency (D.O.G.E) oleh Presiden AS, Donald Trump. Jabatan baru ini menambah beban kerja Musk, yang juga memimpin SpaceX dan berbagai proyek ambisius lainnya. Laporan keuangan kuartal pertama 2025 mencatatkan penurunan laba sebesar 71% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, sebuah angka yang mengejutkan bagi perusahaan yang dikenal dengan pertumbuhan eksponensialnya.
Data dari Bloomberg lebih lanjut mengungkapkan bahwa saham Tesla turun 25% sepanjang tahun 2025, menjadikannya salah satu saham teknologi dengan performa terburuk di indeks S&P 500. Analis dari Goldman Sachs menilai bahwa penurunan ini dipicu oleh kombinasi gangguan rantai pasok global, penundaan peluncuran produk baru, serta perhatian Musk yang terbagi antara Tesla dan tanggung jawab pemerintahannya.
Sumber dari Forbes juga menyoroti meningkatnya persaingan di industri kendaraan listrik. Produsen seperti BYD dari China dan Rivian dari AS terus memperluas pangsa pasar mereka, menekan dominasi Tesla di segmen mobil listrik premium. “Tesla tidak lagi bermain sendiri di pasar ini. Kompetitor kini memiliki teknologi dan skala yang mulai mengancam,” tulis Forbes dalam analisisnya.
Tanggapan Elon Musk dan Janji Pemulihan
Menghadapi tekanan dari investor dan publik, Elon Musk mengambil langkah untuk menenangkan situasi. Dalam konferensi pers yang disiarkan langsung pada 2 Mei 2025, Musk mengakui bahwa fokusnya telah terpecah akibat peran gandanya. “Saya sadar bahwa perhatian saya terbagi, dan saya berkomitmen untuk mengembalikan Tesla ke jalur pertumbuhan,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari CNBC. Ia juga mengumumkan rencana restrukturisasi internal serta peluncuran model kendaraan listrik entry-level yang dijadwalkan rilis pada akhir 2025.
Namun, janji Musk ini tidak sepenuhnya diterima begitu saja. Laporan dari Reuters mencatat bahwa Musk memiliki riwayat menunda proyek-proyek besar, seperti peluncuran Cybertruck yang molor bertahun-tahun dari jadwal awal. Analis dari Barron’s menambahkan, “Visi Musk memang luar biasa, tapi eksekusi adalah ujian sebenarnya. Investor ingin melihat hasil, bukan hanya janji.”
Dampak Pasar dan Reaksi Investor
Penurunan saham Tesla memberikan efek domino ke pasar saham yang lebih luas. Indeks teknologi NASDAQ dilaporkan turun 1,5% pada minggu terakhir April 2025, sebagian besar akibat sentimen negatif dari Tesla. Di sisi lain, saham kompetitor seperti NIO dan Lucid Motors justru melonjak, menandakan adanya pergeseran kepercayaan investor ke pemain lain di industri ini.
Meski demikian, bantahan resmi dari Denholm dan pernyataan Musk berhasil memicu pemulihan sementara. Saham Tesla naik 5% dalam 24 jam setelah pengumuman tersebut, sebuah tanda bahwa pasar masih memberikan kepercayaan pada kepemimpinan Musk, setidaknya untuk saat ini.
Tantangan Besar di Depan Mata
Meskipun rumor pencarian CEO baru telah diredam, Tesla masih menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Persaingan dari China, khususnya BYD yang kini menjadi pemimpin pasar dalam volume penjualan kendaraan listrik global, menjadi ancaman nyata. Selain itu, ketidakpastian regulasi di AS terkait kebijakan energi dan transportasi juga dapat memengaruhi strategi Tesla ke depan.
Analis dari Morgan Stanley menekankan pentingnya eksekusi rencana strategis. “Kembalinya fokus Musk ke Tesla adalah langkah positif, tetapi perusahaan perlu meluncurkan produk baru dan meningkatkan efisiensi produksi untuk memenangkan kembali kepercayaan pasar,” tulis mereka dalam laporan terbaru. Sumber dari TechCrunch juga menyebutkan bahwa teknologi otonom, salah satu pilar utama visi Musk, harus segera menunjukkan kemajuan nyata agar Tesla dapat mempertahankan keunggulannya.
Kesimpulan: Harapan dan Ujian untuk Musk
Bantahan Tesla terhadap rumor pencarian CEO baru menegaskan bahwa Elon Musk tetap menjadi tumpuan perusahaan. Namun, di tengah penurunan kinerja finansial dan meningkatnya persaingan, Musk harus membuktikan bahwa ia mampu mengembalikan Tesla ke puncak kejayaannya. Dunia kini menantikan langkah konkret dari sang visioner ini—apakah ia dapat memenuhi janjinya atau justru menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.