The Fed Akhirnya Pangkas Suku Bunga Pertama Tahun Ini: Dampak Positif bagi Pasar Global

9/18/20252 min baca

The Fed Akhirnya Pangkas Suku Bunga Pertama Tahun Ini: Dampak Positif bagi Pasar Global
The Fed Akhirnya Pangkas Suku Bunga Pertama Tahun Ini: Dampak Positif bagi Pasar Global

Surakarta, 18 September 2025 – The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat (AS), akhirnya memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi kisaran 4,00–4,25% pada Kamis (18/09) dini hari waktu Indonesia. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang telah beredar belakangan ini, di mana peluang pemangkasan mencapai 96% menurut CME FedWatch Tool. Pemangkasan ini merupakan yang pertama kalinya tahun ini, setelah The Fed mempertahankan suku bunga di level 4,25–4,50% sejak Desember 2024.

Dalam risalah Federal Open Market Committee (FOMC), keputusan ini disetujui dengan suara 11-1, menunjukkan konsensus kuat di antara anggota The Fed. Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers pasca-rapat, menyatakan bahwa pemangkasan ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sambil menjaga inflasi tetap terkendali. "Kami melihat data inflasi yang stabil dan pasar tenaga kerja yang kuat, memberikan ruang untuk langkah ini," ujar Powell, seperti dilansir Reuters.

Latar Belakang dan Alasan Pemangkasan

Pemangkasan suku bunga ini datang setelah The Fed menahan kebijakannya selama lebih dari 9 bulan, di tengah inflasi yang mulai melambat. Data terbaru dari Bureau of Labor Statistics (BLS) menunjukkan bahwa Consumer Price Index (CPI) Juli naik hanya 0,2% bulanan dan 2,7% tahunan, di bawah target The Fed sebesar 2%. Core CPI, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, juga naik 3,1%, lebih rendah dari ekspektasi 3,2%. Kondisi ini memberikan keyakinan bahwa inflasi AS telah terkendali, sehingga The Fed bisa fokus pada dukungan pertumbuhan ekonomi.

Powell telah memberikan isyarat sejak konferensi Jackson Hole pada Agustus 2025, menyatakan bahwa "waktu untuk pemangkasan suku bunga telah tiba jika data mendukung." Pernyataan ini memicu lonjakan sentimen pasar, dengan S&P 500 naik 0,5% pasca-pidato, menurut Bloomberg.

Dampak pada Pasar Keuangan Global

Pemangkasan suku bunga ini langsung memicu reaksi positif di pasar aset berisiko. Indeks S&P 500 naik 0,8% menjadi 6.173, Nasdaq Composite naik 1,2% ke 20.273, dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,5% ke 43.819, menurut MarketWatch. Kenaikan ini mencerminkan ekspektasi likuiditas lebih tinggi yang mendorong investasi saham dan sektor teknologi.

Di pasar kripto, Bitcoin naik 2% ke US$113.000, Ethereum naik 3% ke US$4.300, dan total kapitalisasi pasar kripto mencapai US$2,4 triliun, menurut CoinMarketCap. Analis Ted Pillow dalam unggahan X memprediksi Bitcoin bisa tembus US$125.000 jika pemangkasan berlanjut.

Dolar AS melemah 0,3% terhadap mata uang utama, menurut Reuters, memberikan keuntungan bagi negara berkembang seperti Indonesia, di mana rupiah menguat ke Rp16.200 per dolar AS.

Dampak pada Indonesia

Di Indonesia, pemangkasan suku bunga The Fed diharapkan mendorong aliran modal asing ke pasar saham dan obligasi. IHSG naik 0,46% ke 8.017 pada sesi I hari ini, menurut Antara News, didorong oleh sentimen global. Rupiah menguat 0,2% ke Rp16.200, sementara emas Antam stabil di Rp1.924.000 per gram.

Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mengikuti dengan pemangkasan suku bunga domestik pada RDG Oktober, menurut Mandiri Sekuritas. "Pemangkasan The Fed memberikan ruang bagi BI untuk longgar, mendukung pertumbuhan 5,2% 2025," kata analis Rully Arya Wisnawa.

Proyeksi dan Risiko

Goldman Sachs memprediksi pemangkasan tiga kali pada 2025, total 75 bps, dan dua kali lagi pada 2026, menurut laporan mereka. JPMorgan memperkirakan inflasi AS stabil di 2,9% akhir tahun, memberikan ruang lebih untuk pelonggaran.

Namun, risiko tetap ada. Nouriel Roubini memperingatkan bahwa pemangkasan terlalu cepat bisa picu gelembung aset, seperti pada 2021. Di Indonesia, BI harus waspada terhadap inflasi impor jika rupiah melemah akibat ketegangan perdagangan.

Kesimpulan

Pemangkasan suku bunga The Fed pertama tahun ini menjadi katalis positif bagi pasar global, termasuk Indonesia. Dengan likuiditas lebih tinggi, aset berisiko seperti saham dan crypto diharapkan menguat. Namun, investor harus tetap hati-hati terhadap risiko inflasi dan geopolitik yang bisa mengubah arah kebijakan moneter.