The Fed Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga 25 Basis Poin Bulan Depan

8/5/20253 min baca

people walking on street during night time
people walking on street during night time

Pasar keuangan global tengah bersiap menghadapi potensi perubahan kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Menurut CME FedWatch Tool, alat yang digunakan untuk mengukur ekspektasi pasar terhadap perubahan suku bunga The Fed, peluang penurunan suku bunga pada bulan September telah melonjak hingga hampir 95%. Pasar memperkirakan suku bunga akan dipotong sebesar 25 basis poin, dari kisaran saat ini 4,25–4,50% menjadi 4,00–4,25%, pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 17 September mendatang. Sementara itu, hanya 5,6% pelaku pasar yang memperkirakan suku bunga akan dipertahankan, dan tidak ada ekspektasi untuk kenaikan suku bunga. Prediksi ini mencerminkan keyakinan kuat bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya sebagai respons terhadap tekanan ekonomi yang berkembang.

Apa Itu CME FedWatch Tool?

CME FedWatch Tool adalah alat yang dikembangkan oleh CME Group, salah satu bursa derivatif terbesar di dunia. Alat ini menganalisis data dari kontrak berjangka Fed Funds yang diperdagangkan di Chicago Mercantile Exchange (CME). Kontrak berjangka ini mencerminkan ekspektasi pedagang mengenai arah suku bunga acuan The Fed di masa depan. Dengan kata lain, alat ini berfungsi sebagai barometer sentimen pasar terhadap kebijakan moneter. Menurut laman resmi CME Group, FedWatch Tool menghitung probabilitas perubahan suku bunga berdasarkan harga kontrak berjangka, memberikan gambaran real-time tentang apa yang diantisipasi oleh investor dan analis keuangan.

Konteks Ekonomi Saat Ini

Ekspektasi penurunan suku bunga ini tidak muncul tanpa alasan. Beberapa indikator ekonomi baru-baru ini menunjukkan adanya tekanan yang dapat mendorong The Fed untuk bertindak. Pertama, perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok serta ketidakpastian geopolitik telah memengaruhi kepercayaan bisnis. Data dari Bureau of Economic Analysis (BEA) AS menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB kuartal terakhir sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya. Kedua, inflasi yang terus berada di bawah target The Fed sebesar 2% memberi ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan. Menurut laporan Reuters pada Agustus 2025, indeks harga konsumen (CPI) AS hanya naik sebesar 1,8% year-on-year, menandakan tekanan inflasi yang lemah.

Selain itu, pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers pasca-pertemuan FOMC pada Juli 2025, juga memperkuat sentimen pasar. Powell mengatakan, "Kami akan terus memantau data ekonomi dan siap untuk bertindak sesuai kebutuhan untuk mendukung ekspansi ekonomi." Pernyataan ini dianggap sebagai sinyal dovish, yang berarti The Fed cenderung mengambil langkah pelonggaran moneter untuk mencegah perlambatan lebih lanjut.

Dampak Potensial Penurunan Suku Bunga

Penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin diperkirakan akan memberikan dampak luas pada ekonomi dan pasar keuangan. Berikut beberapa implikasinya:

  1. Aset Berisiko: Biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya meningkatkan likuiditas, yang dapat mendorong kenaikan harga saham dan cryptocurrency. Sejarah menunjukkan bahwa indeks seperti S&P 500 sering mengalami reli setelah pengumuman penurunan suku bunga. Analis cryptocurrency Ted Pillow dalam unggahan di X pada 7 Juni 2025 memperkirakan bahwa Bitcoin bisa mencapai US$125.000–US$130.000 pada kuartal ini jika ekspektasi ini terwujud.

  2. Obligasi dan Dolar AS: Penurunan suku bunga cenderung menekan imbal hasil obligasi dan melemahkan nilai dolar AS, karena investor mencari aset dengan imbal hasil lebih tinggi di luar AS.

  3. Stimulus Ekonomi: Suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pinjaman dan belanja konsumen, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, efek ini mungkin terbatas jika ketidakpastian global tetap tinggi.

Pandangan Para Ahli

Tidak semua pihak sepakat bahwa penurunan suku bunga akan menjadi solusi jitu. Dr. Lana Soelistianingsih, ekonom senior dari Universitas Indonesia, mengatakan kepada Kompas pada 10 Agustus 2025, "Penurunan suku bunga bisa memberikan dorongan jangka pendek, tetapi tantangan struktural seperti perlambatan perdagangan global memerlukan kebijakan yang lebih luas." Sementara itu, Mohamed El-Erian, kepala ekonom Allianz, dalam wawancara dengan Bloomberg, memperingatkan bahwa pelonggaran moneter yang terlalu agresif bisa memicu inflasi di masa depan, meskipun saat ini risiko tersebut tampak rendah.

Di sisi lain, pelaku pasar tetap optimistis. Menurut survei terbaru dari CNBC, 68% manajer investasi global percaya bahwa penurunan suku bunga akan memperpanjang siklus ekspansi ekonomi AS, yang saat ini merupakan salah satu yang terpanjang dalam sejarah.

Kesimpulan dan Outlook

Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed pada bulan September menunjukkan sentimen yang kuat bahwa bank sentral akan mengambil langkah proaktif untuk menjaga stabilitas ekonomi. Meski demikian, investor disarankan untuk tetap memantau rilis data ekonomi mendatang—seperti laporan ketenagakerjaan dan inflasi—serta pernyataan resmi dari The Fed, yang dapat mengubah arah kebijakan. Jika prediksi ini terbukti, pasar kemungkinan akan menyambutnya dengan antusiasme, tetapi tantangan ekonomi yang lebih luas tetap menjadi perhatian utama di cakrawala.