The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga Kala Perang Dagang AS-China: Dampak Positif bagi Pasar Global

10/30/20253 min baca

The Fed Akhirnya Pangkas Suku Bunga Pertama Tahun Ini: Dampak Positif bagi Pasar Global
The Fed Akhirnya Pangkas Suku Bunga Pertama Tahun Ini: Dampak Positif bagi Pasar Global

Surakarta, 30 Oktober 2025 – The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat (AS), secara resmi memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi kisaran 3,75–4% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Kamis (30/10) dini hari waktu Indonesia. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang beredar belakangan ini, di mana 99% pelaku pasar optimis terhadap pemangkasan suku bunga ini. Tak hanya itu, Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers pasca-rapat menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS sebelum penutupan pemerintahan (shutdown) mungkin lebih baik dari yang diharapkan, meskipun shutdown telah memengaruhi rilis data ekonomi.

Program quantitative tightening (QT), yang dimulai pada tahun 2022, juga kemungkinan akan segera berakhir. Program ini merupakan upaya The Fed untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan memangkas kepemilikan asetnya, seperti obligasi pemerintah dan surat berharga, guna menekan inflasi dan menormalkan kebijakan moneter setelah periode stimulus besar-besaran selama pandemi. Menurut data resmi The Fed, QT telah memangkas neraca keuangan mereka dari sekitar US$9 triliun menjadi US$6,6 triliun sejak 2022. Powell menambahkan bahwa penghentian QT akan memberikan fleksibilitas lebih bagi The Fed dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, termasuk dampak perang dagang AS-China yang semakin memanas.

Kabar ini tentu memberikan angin segar bagi industri keuangan, termasuk crypto, lantaran bisa menambah pasokan likuiditas di pasar. Kebijakan ini diharapkan mampu menggairahkan pasar usai alami ketidakpastian akibat shutdown pemerintahan AS dan eskalasi perang dagang dengan China.

Latar Belakang Pemangkasan Suku Bunga

Pemangkasan ini adalah yang pertama sejak Desember 2024, ketika The Fed terakhir memangkas suku bunga untuk merespons inflasi yang tinggi. Menurut Bloomberg, data inflasi AS pada Agustus naik tipis ke 2,9%, masih di atas target 2%, tapi lebih rendah dari ekspektasi, memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan. Powell menyatakan, "Kami melihat pertumbuhan yang solid, tapi risiko ke bawah meningkat akibat ketegangan dagang dan shutdown."

Di tengah perang dagang AS-China, yang dimulai sejak 2018 dan kembali memanas pada 2025 dengan ancaman tarif 100% dari Trump terhadap ekspor China, pemangkasan ini diharapkan mengurangi tekanan pada ekonomi AS. Menurut Reuters, perang dagang telah merugikan PDB AS hingga 0,5% per tahun, dengan defisit perdagangan AS-China mencapai US$375 miliar pada 2024.

Dampak pada Pasar Keuangan

Pemangkasan suku bunga ini langsung memicu reaksi positif di pasar aset berisiko. Indeks S&P 500 naik 0,8% menjadi 6.173, Nasdaq Composite 1,2% ke 20.273, dan Dow Jones 0,5% ke 43.819, menurut MarketWatch. Kenaikan ini mencerminkan ekspektasi likuiditas lebih tinggi yang mendorong investasi saham dan sektor teknologi.

Di pasar kripto, Bitcoin naik 2% ke US$113.000, Ethereum naik 3% ke US$4.300, dan total kapitalisasi pasar kripto mencapai US$2,4 triliun, menurut CoinMarketCap. Analis Ted Pillow dalam unggahan X memprediksi Bitcoin bisa tembus US$125.000 jika pemangkasan berlanjut, karena likuiditas lebih tinggi mendorong aliran modal ke aset berisiko.

Dolar AS melemah 0,3% terhadap mata uang utama, menurut Reuters, memberikan keuntungan bagi negara berkembang seperti Indonesia, di mana rupiah menguat ke Rp16.200 per dolar AS, dan IHSG naik 0,5% ke 8.017, menurut Bisnis Indonesia.

Prediksi dan Analisis Ahli

Menurut Goldman Sachs dalam laporan Oktober 2025, pemangkasan ini diharapkan mendorong pertumbuhan PDB AS sebesar 0,2-0,3% pada 2026, meskipun risiko dari perang dagang tetap ada. "Pemangkasan ini tepat waktu untuk menjaga momentum ekonomi," kata ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.

Nouriel Roubini dari NYU memperingatkan dalam CNBC bahwa pemangkasan bisa memicu gelembung aset jika terlalu agresif. "The Fed harus hati-hati, karena perang dagang bisa naikkan inflasi," ujarnya.

Di Indonesia, ekonom Faisal Basri dari UI mengatakan, "Pemangkasan The Fed bisa dorong aliran modal ke Indonesia, tapi perang dagang AS-China bisa tekan ekspor kita." Ia memperkirakan rupiah bisa menguat ke Rp16.000 jika likuiditas global meningkat.

Kesimpulan

Pemangkasan suku bunga The Fed pertama tahun ini menjadi katalis positif bagi pasar global, termasuk Indonesia. Dengan likuiditas lebih tinggi, aset berisiko seperti saham dan crypto diharapkan menguat. Namun, ketidakpastian dari perang dagang menuntut kehati-hatian. Bagi investor, ini adalah momen untuk memantau data ekonomi dan menyesuaikan portofolio.