Trump Buka Opsi Negosiasi, China Malah Naikkan Tarif Jadi 125%, Perang Dagang AS-China Kian Membara

4/11/20252 min baca

xi jinping balas tarif as
xi jinping balas tarif as

Washington D.C., 10 April 2025 – Hubungan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas seiring eskalasi perang dagang yang tak kunjung reda. Dalam pertemuan kabinet pada Kamis (10/04) waktu setempat, Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan kesiapannya untuk membuka opsi negosiasi dengan China sebagai upaya meredakan ketegangan. Namun, harapan akan diplomasi seolah sirna ketika China justru membalas dengan menaikkan tarif impor barang-barang AS dari 84% menjadi 125%, yang akan mulai berlaku pada Sabtu (12/04). Keputusan ini menjadi pukulan telak bagi upaya perdamaian ekonomi antara kedua raksasa dunia tersebut.

Trump, yang dikenal dengan pendekatan kerasnya dalam kebijakan perdagangan, menegaskan bahwa langkah pemberlakuan tarif ini adalah bagian dari strategi besarnya untuk mengembalikan kekayaan Amerika. Ia menuding China telah lama memanfaatkan AS dan sejumlah negara lain melalui praktik perdagangan yang tidak adil, menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi negaranya. “Selama bertahun-tahun, China telah mengambil keuntungan dari kita. Sekarang saatnya kita membalikkan keadaan dan membuat Amerika kaya kembali,” tegas Trump dalam pidatonya usai pertemuan kabinet.

Lebih lanjut, Trump menyampaikan optimismenya terhadap kemungkinan kerja sama dengan China. “Kami sedang mengatur ulang regulasi, dan saya yakin kami akan bisa bekerja sama dengan sangat baik. Saya memiliki rasa hormat yang besar terhadap Presiden China, Xi Jinping. Dia teman lama saya, dan saya percaya kami akan mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak,” ungkapnya. Pernyataan ini mencerminkan pendekatan ganda Trump: tegas dalam kebijakan, namun tetap membuka ruang dialog.

Kronologi Perang Tarif

Konflik ini bermula pada Rabu (02/04), ketika AS mengenakan tarif sebesar 34% pada barang-barang impor dari China. Langkah tersebut langsung memicu reaksi keras dari Beijing, yang membalas dengan tarif serupa terhadap produk-produk AS. Tidak tinggal diam, AS kemudian menaikkan tarifnya secara drastis hingga mencapai 145%, sebuah keputusan yang semakin memperkeruh suasana. Trump, melalui cuitan di media sosial, kembali menunjukkan keyakinannya bahwa China akan segera mencari solusi. “China juga ingin membuat kesepakatan, sangat ingin, tapi mereka bingung harus mulai dari mana. Kami tinggal menunggu telepon dari mereka. Itu pasti akan terjadi!” tulisnya.

Kenaikan tarif oleh China menjadi 125% ini menjadi babak baru dalam perang dagang yang telah berlangsung lama. Kebijakan tersebut diperkirakan akan memengaruhi berbagai sektor, mulai dari teknologi, pertanian, hingga manufaktur, yang bergantung pada hubungan perdagangan kedua negara.

Dampak Global dan Respons Pasar

Eskalasi perang dagang ini diprediksi akan menciptakan gelombang ketidakpastian di pasar global. Para investor dan pelaku usaha kini berada dalam posisi wait-and-see, berharap negosiasi yang dijanjikan Trump dapat membuahkan hasil. Namun, dengan sikap keras kepala yang ditunjukkan kedua pihak, prospek penyelesaian damai tampak semakin jauh di mata analis ekonomi. “Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada AS dan China, tetapi juga mengganggu rantai pasok global. Negara-negara lain, termasuk di Asia dan Eropa, akan merasakan getarannya,” ujar seorang ekonom dari think tank di Washington.

Di dalam negeri, pendukung Trump memuji kebijakan tarif ini sebagai langkah berani untuk melindungi kepentingan AS. Namun, para kritikus memperingatkan bahwa kenaikan tarif dapat memicu inflasi, menaikkan harga barang konsumsi, dan pada akhirnya merugikan rakyat Amerika sendiri. Sementara itu, di China, pemerintah menegaskan bahwa langkah balasan mereka adalah respons sah terhadap “provokasi” AS, dan mereka siap menghadapi segala konsekuensi.

Apa Selanjutnya?

Dengan tarif China yang akan berlaku mulai Sabtu (12/04) dan ancaman tarif AS yang kini mencapai 145%, dunia kini menanti langkah berikutnya dari kedua negara. Akankah Trump dan Xi Jinping benar-benar duduk bersama untuk bernegosiasi, atau justru perang dagang ini akan berlanjut menjadi konflik ekonomi yang lebih dalam? Yang jelas, ketegangan ini telah menempatkan stabilitas ekonomi global di ujung tanduk.

Image Source: Xinhua