Trump dan Xi Jinping Terlibat dalam Perang Tarif yang Makin Memanas

4/9/20251 min baca

brown wooden letter t-and i love you
brown wooden letter t-and i love you

Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali memanaskan perang tarif dengan China dengan menjatuhkan pajak impor sebesar 104% pada barang-barang asal China. Kebijakan ini resmi diberlakukan pada Kamis, 9 April 2025, dini hari waktu setempat, sebagai respons atas langkah China yang mengenakan tarif balas dendam sebesar 34%. Presiden China, Xi Jinping, menegaskan bahwa negaranya akan melawan perang dagang ini hingga titik akhir, memperkuat ketegangan antara kedua raksasa ekonomi tersebut.

Perang tarif ini bukanlah hal baru. Konflik perdagangan antara AS dan China mulai memanas pada tahun 2018, ketika Trump pertama kali mengenakan tarif sebesar $50 miliar pada produk-produk China. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan China serta melindungi industri dalam negeri. Tidak tinggal diam, China membalas dengan mengenakan tarif serupa pada produk-produk AS, memicu siklus aksi dan reaksi yang berkepanjangan.

Sejak saat itu, kedua negara terus saling berbalas tarif, dengan eskalasi yang semakin tajam. Pada 2025, perang tarif ini mencapai puncaknya dengan kebijakan terbaru dari Trump yang mengejutkan pasar global. Dampaknya pun terasa luas: pasar saham dan cryptocurrency mengalami penurunan signifikan akibat ketidakpastian ekonomi, sementara investor global mencoba menakar efek jangka panjang dari konflik ini.

Kronologi Perang Tarif AS-China

Berikut adalah gambaran singkat bagaimana perang tarif ini berkembang:

  1. 2018: AS, di bawah kepemimpinan Trump, mengenakan tarif pertama senilai $50 miliar pada barang China. China membalas dengan tarif serupa.

  2. 2019-2020: Ketegangan meningkat dengan serangkaian tarif tambahan dan negosiasi yang berulang, meskipun sempat ada gencatan sementara melalui "Phase One Deal".

  3. 2021-2024: Konflik perdagangan berlangsung dengan intensitas bervariasi, ditandai dengan retorika keras dan kebijakan proteksionis dari kedua belah pihak.

  4. 2025: Trump menjatuhkan tarif 104% setelah China mengenakan tarif balasan 34%, menandai eskalasi terbesar dalam perang dagang ini.

Dampak pada Pasar Global

Gejolak pasar akibat perang tarif ini terasa di berbagai sektor. Pasar saham seperti S&P 500 dan Shanghai Composite dilaporkan anjlok, sementara aset cryptocurrency seperti Bitcoin juga tertekan akibat sentimen negatif investor. Ketidakpastian ini diprediksi akan terus memengaruhi ekonomi global jika tidak ada penyelesaian dalam waktu dekat.