Trump Kembali Ancam Tarif ke China: Pasar Saham AS Anjlok

10/11/20252 min baca

Trump Sebut Diskusi AS-China Telah Selesai, Kenakan Tarif Sebesar 55%
Trump Sebut Diskusi AS-China Telah Selesai, Kenakan Tarif Sebesar 55%

Surakarta, 11 Oktober 2025 – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali mengancam pemberlakuan tarif baru terhadap China sebagai respons terhadap kebijakan kontrol ekspor mineral tanah jarang (rare earth) yang baru diterapkan Beijing. Ancaman ini memicu gejolak di pasar saham AS, dengan indeks S&P 500 turun lebih dari 1,5%, Nasdaq 100 jatuh 2,4%, dan futures kedelai melemah hingga 1,9%, mencerminkan kekhawatiran investor atas memanasnya ketegangan perdagangan AS-China. Tak hanya saham, aset kripto seperti Bitcoin juga terdampak, meskipun emas naik sebagai aset safe-haven.

Dalam unggahan di Truth Social, Trump menuduh China melakukan "tindakan anti-AS" dengan kebijakan baru yang mewajibkan izin ekspor untuk produk dengan kandungan mineral tanah jarang di atas 0,1%, berlaku mulai 1 Desember 2025. "Jika China terus dengan kebijakan ini, kami akan memberlakukan tarif tambahan untuk menyeimbangkan secara finansial," tulis Trump. Mineral tanah jarang, seperti neodymium dan dysprosium, vital untuk industri teknologi tinggi seperti baterai EV, smartphone, dan peralatan militer. China menguasai sekitar 70% pasokan global, menurut U.S. Geological Survey (2024), membuat kebijakan ini berpotensi mengganggu rantai pasok dunia.

Latar Belakang Ketegangan AS-China

Ketegangan ini bukan hal baru. Sejak 2018, AS dan China terlibat perang dagang yang memicu tarif timbal balik senilai miliaran dolar. Trump, yang menjabat kembali pada 2025, telah memperluas tarif ke sektor teknologi dan komoditas. Kebijakan China ini dianggap sebagai balasan terhadap pembatasan ekspor chip AS ke China pada Juni 2025, seperti dilaporkan Reuters. "Ini adalah eskalasi baru dalam perang teknologi," kata analis perdagangan dari Bloomberg, Michael Every.

Pasar langsung bereaksi. S&P 500 turun 1,5% ke level 6.137, Nasdaq 100 -2,4% ke 20.000, dan futures kedelai -1,9% karena kekhawatiran dampak pada ekspor AS ke China, menurut MarketWatch. Di Asia, IHSG Indonesia turun 0,5% ke 7.600, sementara rupiah melemah ke Rp16.300 per dolar AS, dipengaruhi oleh ketegangan ini, seperti dilansir Bisnis Indonesia.

Dampak pada Ekonomi Global dan Indonesia

Kebijakan Trump bisa memperburuk defisit perdagangan AS dengan China, yang mencapai US$375 miliar pada 2024, menurut U.S. Census Bureau. Analis dari JPMorgan memprediksi bahwa tarif baru bisa menambah inflasi AS 0,2-0,3%, memperlambat pertumbuhan PDB 0,1%. Di China, kebijakan kontrol ekspor ini bisa mengganggu rantai pasok global, terutama untuk EV dan teknologi hijau, menurut South China Morning Post.

Bagi Indonesia, sebagai eksportir komoditas seperti nikel (mineral tanah jarang), ini bisa menjadi peluang. "Indonesia bisa jadi alternatif pasokan jika China batasi ekspor," kata ekonom Faisal Basri dari UI di Kompas. Namun, jika perang dagang meluas, ekspor Indonesia ke AS dan China bisa terdampak, dengan potensi penurunan 5-10% jika tarif diberlakukan, menurut World Bank.

Respons dan Analisis Ahli

Pemerintah China melalui Kementerian Luar Negeri mengecam ancaman Trump sebagai "tindakan sewenang-wenang" yang melanggar aturan WTO. "Kami akan ambil langkah balasan jika diperlukan," ujar juru bicara Mao Ning. Analis dari Goldman Sachs memperkirakan bahwa eskalasi ini bisa memperburuk pertumbuhan ekonomi global 0,5% pada 2026 jika perang dagang berlanjut.

Di pasar kripto, Bitcoin turun tipis 0,3% ke US$112.000 karena ketidakpastian, sementara emas naik 0,5% ke US$3.870 per ons sebagai aset lindung nilai, menurut CoinDesk. "Ketegangan ini bisa dorong investor ke crypto sebagai alternatif," kata analis Ted Pillow di X.

Kesimpulan

Ancaman tarif Trump ke China mencerminkan ketegangan perdagangan yang berkepanjangan, dengan dampak langsung pada pasar saham dan komoditas. Dengan China kuasai 70% mineral tanah jarang, eskalasi ini bisa ganggu rantai pasok global. Bagi Indonesia, ini peluang tapi juga risiko, dengan pasar domestik turun. Investor waspada, tapi analis prediksi dampak jangka pendek jika diplomasi berlanjut.