Trump-Musk Kian Panas: Tarif Trump Disebut Bakal Picu Resesi di AS

6/7/20253 min baca

Trump-Musk Kian Panas: Tarif Trump Disebut Bakal Picu Resesi di AS
Trump-Musk Kian Panas: Tarif Trump Disebut Bakal Picu Resesi di AS

Situasi antara mantan Kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (D.O.G.E) Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin memanas. Ketegangan ini mencapai puncaknya ketika Musk secara terbuka menyatakan bahwa kebijakan tarif perdagangan baru yang diterapkan Trump dapat memicu resesi kedua di AS pada tahun ini. Dalam unggahan di platform X miliknya, Musk menulis, “Tarif itu akan menyebabkan resesi pada paruh kedua tahun ini,” sebuah pernyataan yang langsung menarik perhatian dunia bisnis dan ekonomi global.

Latar Belakang Ekonomi dan Perang Dagang

Ancaman resesi yang disinggung Musk bukanlah isapan jempol belaka. Berbagai indikator ekonomi di AS mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan, meskipun belum ada kontraksi ekonomi yang drastis. Indeks Keyakinan Konsumen menurun, pertumbuhan pengeluaran pribadi melambat, dan ekspektasi inflasi melonjak ke level tertinggi dalam empat dekade, menurut survei sentimen konsumen Universitas Michigan. Selain itu, Economic Policy Uncertainty Index mencatat peningkatan kecemasan di kalangan pelaku bisnis dan konsumen, yang diperburuk oleh ketidakpastian kebijakan perdagangan Trump.

Fokus utama kritik Musk adalah tarif perdagangan baru yang menargetkan mitra dagang utama AS, terutama China, di tengah perang dagang yang tak kunjung usai. Tarif ini, yang diterapkan untuk melindungi industri dalam negeri, justru dianggap sebagai bumerang oleh banyak ekonom. Menurut analisis Penn Wharton Budget Model, tarif Trump dapat mengurangi PDB AS hingga 8% dan upah sebesar 7%, dengan dampak jangka panjang yang signifikan bagi rumah tangga kelas menengah, yang diperkirakan kehilangan $58.000 seumur hidup. Analisis ini juga menyebutkan bahwa kerugian ekonomi dari tarif dua kali lebih besar dibandingkan kenaikan pajak korporasi dengan pendapatan setara, menegaskan dampak buruknya terhadap perekonomian.

Dampak pada Tesla dan Kritik Musk

Tarif ini tidak hanya menjadi ancaman makroekonomi, tetapi juga berdampak langsung pada perusahaan Elon Musk, Tesla. Biaya bahan baku dan produksi luar negeri melonjak tajam akibat tarif tersebut, membebani rantai pasok global Tesla. Sejak pengumuman tarif pertama kepada negara-negara mitra dagang AS, saham Tesla anjlok hingga 15%, menghapus nilai pasar sebesar $125 miliar. Penurunan ini diperparah oleh absennya Musk dari operasional harian Tesla selama ia menjabat sebagai penasihat khusus Trump, sebuah peran yang kini telah ia tinggalkan.

Musk juga sebelumnya mengkritik kebijakan pajak Trump, yang menurutnya boros dan berkontribusi pada melonjaknya utang nasional AS, yang kini mencapai $39,9 triliun. Dalam pandangannya, kombinasi tarif dan pengelolaan fiskal yang buruk menjadi resep sempurna untuk bencana ekonomi. Pernyataan ini menambah panasnya hubungan antara kedua tokoh yang pernah bersinergi dalam visi efisiensi pemerintahan.

Reaksi Pasar dan Pandangan Pakar

Pasar keuangan bereaksi keras terhadap kebijakan tarif Trump. Indeks S&P 500 turun 2,7% dalam sehari—penurunan terburuk sejak 2022—sementara Dow Jones juga mengalami pelemahan signifikan. Penjualan saham besar-besaran ini menghapus triliunan dolar dari nilai pasar, mencerminkan ketakutan investor akan resesi yang membayang. JPMorgan, meskipun menurunkan probabilitas resesi di bawah 50% setelah Trump menunda beberapa tarif, tetap memperingatkan bahwa ancaman tersebut belum sepenuhnya hilang.

Para pakar ekonomi pun terpecah dalam menilai dampak tarif ini. Jose Torres dari Interactive Brokers memperingatkan bahwa tarif dapat memicu resesi dengan membuat barang menjadi tidak terjangkau bagi keluarga Amerika, sementara beberapa ekonom lain mengkhawatirkan kenaikan harga dan kekurangan pasokan, mirip dengan gangguan ekonomi era pandemi COVID-19. Di sisi lain, pemerintahan Trump bersikukuh bahwa tarif ini penting untuk melindungi industri domestik dan mengembalikan kekayaan ke AS, sebuah argumen yang masih diperdebatkan.

Implikasi dan Debat yang Berlangsung

Ketegangan antara Musk dan Trump menyoroti dilema besar dalam kebijakan ekonomi AS saat ini: perlindungan industri versus stabilitas ekonomi global. Musk, dengan kepentingan bisnisnya di Tesla dan visi ekonomi yang lebih terbuka, melihat tarif sebagai ancaman nyata. Sementara itu, Trump tetap pada pendiriannya untuk mengutamakan kepentingan domestik, meskipun dengan risiko yang kini mulai terlihat di pasar dan indikator ekonomi.

Seiring AS memasuki periode ketidakpastian ini, dunia menanti apakah prediksi Musk tentang resesi paruh kedua tahun ini akan terbukti benar. Yang jelas, debat mengenai kebijakan tarif Trump dan dampaknya terhadap perekonomian akan terus berlanjut, dengan implikasi besar bagi bisnis, konsumen, dan hubungan perdagangan internasional.