Usai Inflasi Stagnan, Menkeu AS Desak The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin di September

8/14/20253 min baca

Scott Kenneth Homer Bessent
Scott Kenneth Homer Bessent

Washington, D.C., 14 Agustus 2025 – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Scott Bessent, mendesak The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan moneter September mendatang. Pernyataan ini muncul setelah laporan terbaru menunjukkan inflasi AS stagnan pada Juli 2025, memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. “Hal yang perlu dipikirkan sekarang adalah apakah kita akan mendapatkan pemotongan suku bunga 50 basis poin pada September,” ujar Bessent dalam wawancara dengan Bloomberg Television.

Data inflasi terbaru dari Bureau of Labor Statistics (BLS) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) pada Juli naik 0,2% secara bulanan dan 2,7% secara tahunan, sedikit di bawah perkiraan pasar sebesar 2,8%. Sementara itu, core CPI, yang tidak termasuk harga pangan dan energi yang volatil, naik 3,1% per tahun, sedikit di atas ekspektasi 3%. Meskipun angka ini menunjukkan tekanan inflasi yang terkendali, platform pengukur inflasi alternatif, Truflation, mengklaim bahwa inflasi riil hanya mencapai 1,83%, jauh lebih rendah dari data resmi BLS. Truflation mendesak The Fed untuk segera menurunkan suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Konteks Ekonomi dan Ekspektasi Pasar

Pemangkasan suku bunga menjadi topik hangat di tengah ketidakpastian ekonomi global, yang diperburuk oleh kebijakan tarif perdagangan Presiden Donald Trump. Menurut Reuters, pasar kini memperkirakan peluang lebih dari 96% untuk pemotongan suku bunga pada 17 September 2025, berdasarkan data dari CME FedWatch Tool. Pasar bahkan mengantisipasi tiga kali pemotongan suku bunga sebelum akhir tahun, dengan kisaran suku bunga acuan diperkirakan turun dari 4,25–4,50% menjadi 3,75–4,00% pada Desember 2025.

Analis dari Goldman Sachs menyatakan bahwa dampak tarif Trump terhadap harga kemungkinan hanya bersifat sementara, yang mendukung argumen untuk pelonggaran moneter. “Kami memperkirakan inflasi akan tetap terkendali, memberikan ruang bagi The Fed untuk mengurangi tekanan pada ekonomi,” tulis tim Goldman Sachs dalam laporan terbaru. Laporan ini juga mencatat bahwa indeks S&P 500 mencatatkan rekor tertinggi baru pada Agustus 2025, didorong oleh optimisme pasar terhadap suku bunga yang lebih rendah.

Dampak pada Pasar Keuangan

Penurunan suku bunga diperkirakan akan memberikan dorongan signifikan bagi aset berisiko seperti saham dan cryptocurrency. Menurut CNBC, pelemahan dolar AS pasca-pengumuman data inflasi telah mendorong kenaikan harga Bitcoin, yang kini mendekati US$125.000, sesuai prediksi analis crypto Ted Pillow di platform X pada Juli 2025. Kondisi ini juga menguntungkan pasar saham, dengan S&P 500 naik 2,3% dalam seminggu terakhir, menurut MarketWatch.

Namun, tidak semua pihak sepakat dengan pemangkasan suku bunga yang agresif. Mohamed El-Erian, kepala ekonom Allianz, memperingatkan dalam wawancara dengan Bloomberg bahwa pelonggaran moneter yang terlalu cepat dapat memicu inflasi jangka panjang, terutama jika tarif perdagangan meningkatkan biaya impor. “The Fed harus berhati-hati untuk tidak mengorbankan stabilitas harga demi pertumbuhan jangka pendek,” katanya.

Nominasi Stephen Miran dan Implikasi Politik

Bessent juga menyuarakan harapannya agar nominasi Stephen Miran, kandidat dewan The Fed yang didukung Trump, dapat disahkan oleh Senat sebelum rapat kebijakan September. Miran, seorang ekonom yang dikenal karena pandangan konservatifnya, diyakini akan mendukung kebijakan moneter yang lebih longgar untuk mengimbangi dampak tarif. Menurut The Wall Street Journal, pengesahan Miran dapat memperkuat pengaruh pemerintahan Trump atas The Fed, meskipun independensi bank sentral tetap menjadi isu sensitif.

Pandangan Para Ahli

Para ahli memberikan pandangan beragam tentang langkah ini:

  • Dr. Lana Soelistianingsih, Ekonom Universitas Indonesia: “Penurunan suku bunga akan membantu menjaga momentum pertumbuhan global, termasuk di Indonesia, yang bergantung pada ekspor ke AS. Namun, efek tarif Trump bisa mengurangi manfaatnya.” (Kompas, 10 Agustus 2025)

  • Jan Hatzius, Goldman Sachs: “Data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan mendukung pemangkasan suku bunga. Kami memperkirakan The Fed akan bertindak hati-hati dengan langkah 25-50 basis poin.” (Goldman Sachs Research, 2025)

  • Nouriel Roubini, Ekonom NYU: “Pemangkasan suku bunga bisa memicu bubble di pasar saham dan crypto jika tidak diimbangi dengan pengawasan ketat.” (CNBC, 12 Agustus 2025)

Implikasi Global dan Tantangan ke Depan

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed diperkirakan akan memiliki efek domino di pasar global. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dapat memperoleh manfaat dari meningkatnya aliran modal dan permintaan ekspor. Namun, Financial Times memperingatkan bahwa volatilitas akibat tarif Trump dan ketegangan geopolitik dapat membatasi dampak positif ini. Selain itu, investor disarankan untuk memantau rilis data ekonomi mendatang, seperti laporan ketenagakerjaan AS dan indeks harga produsen, untuk memahami arah kebijakan The Fed.

Kesimpulan

Desakan Scott Bessent untuk pemangkasan suku bunga 50 basis poin mencerminkan optimisme pasar terhadap pelonggaran moneter di tengah inflasi yang terkendali. Dengan peluang 96% untuk pemotongan suku bunga pada September, pasar saham dan crypto kemungkinan akan terus menguat. Namun, tantangan seperti dampak tarif dan risiko inflasi jangka panjang tetap menjadi perhatian utama. Keputusan The Fed pada September akan menjadi penentu arah ekonomi global dalam beberapa bulan ke depan.