Usai Mundur, Elon Musk Sebut Kebijakan Baru Trump sebagai Aib Memalukan


Elon Musk, yang baru saja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (D.O.G.E) di bawah administrasi Presiden Donald Trump, melancarkan kritik pedas terhadap RUU pajak dan pengeluaran besar-besaran yang dijuluki "One Big Beautiful Bill Act." Dalam serangkaian posting di platform X pada Rabu (04/06), Musk menyebut RUU tersebut sebagai "aib yang memalukan" dan "RUU anggaran Kongres yang penuh pemborosan dan kepentingan." Ia menegaskan, "Malu bagi yang mendukungnya, kalian pasti tahu itu salah," menunjukkan kekecewaannya yang mendalam terhadap kebijakan yang diusung Trump.
Latar Belakang RUU dan Dampaknya
RUU ini, yang telah disahkan DPR AS dan kini tengah dibahas di Senat, menuai kontroversi karena potensinya menambah utang nasional hingga US$3,8 triliun dalam satu dekade, menurut analisis Kantor Anggaran Kongres (CBO). Salah satu poin paling diperdebatkan adalah penghapusan insentif pajak federal sebesar US$7.500 untuk pembelian mobil listrik dan hybrid, serta pengenaan pajak tahunan baru bagi pemilik kendaraan tersebut. Kebijakan ini diyakini akan merugikan industri mobil listrik di AS, khususnya Tesla, perusahaan yang didirikan Musk, yang mengandalkan insentif tersebut untuk mendorong penjualan.
Selain itu, RUU ini mencakup pemotongan anggaran untuk program sosial, peningkatan belanja militer, dan revisi kode pajak yang menguntungkan sektor tertentu. Menurut laporan The Wall Street Journal, para pendukung RUU berargumen bahwa langkah ini akan memacu pertumbuhan ekonomi jangka panjang, sementara kritikus memperingatkan bahwa defisit yang membengkak dapat membebani generasi mendatang.
Kritik Musk dan Ancaman Politik
Musk tidak hanya menyoroti dampak RUU terhadap Tesla, tetapi juga mengkritik pemborosan anggaran secara keseluruhan, yang bertentangan dengan misi efisiensi yang ia junjung selama menjabat di D.O.G.E. Dalam salah satu postingannya, ia mengancam akan memobilisasi pemilih untuk menggulingkan politisi Partai Republik yang mendukung RUU ini pada pemilu mendatang. "Di November tahun depan, semua politisi akan dipecat yang mengkhianati rakyat Amerika," tulisnya, sebuah pernyataan yang mengejutkan mengingat dukungan besar yang pernah ia berikan kepada Trump, termasuk sumbangan ratusan juta dolar untuk kampanye pemilihannya.
Reaksi dari Berbagai Pihak
Reaksi terhadap kritik Musk beragam. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, membela RUU tersebut, menyatakan bahwa Trump tetap berkomitmen untuk meloloskannya. "Ini adalah RUU besar dan indah yang akan membawa kemakmuran," katanya. Ketua DPR Mike Johnson (Partai Republik) juga mendukung, menyebutnya "legislasi luar biasa" untuk pertumbuhan ekonomi, meski ia mengakui kekhawatiran tentang utang. Namun, Senator Rand Paul (Partai Republik) sependapat dengan Musk, menyebut RUU ini "tidak bertanggung jawab" karena menambah defisit yang sudah besar.
Di luar politik, para analis industri otomotif, seperti yang dikutip Reuters, memperingatkan bahwa penghapusan insentif mobil listrik dapat memperlambat transisi AS menuju energi bersih, memberikan keunggulan kompetitif kepada China dalam pasar kendaraan listrik global. Sementara itu, organisasi lingkungan seperti Sierra Club menyatakan bahwa kebijakan ini "mundur selangkah" dalam upaya mengatasi perubahan iklim.
Ketegangan dengan Trump
Kritik Musk menandai perpecahan yang semakin nyata dengan Trump. Sebelumnya, Trump sering memuji Musk sebagai "jenius" dan "mitra berharga," tetapi hubungan mereka tampaknya memburuk sejak Musk mundur dari D.O.G.E. Menurut The New York Times, Musk merasa frustrasi karena RUU ini mengabaikan rekomendasi efisiensi yang telah ia ajukan, sekaligus mengancam bisnis inti Tesla. Dalam wawancara dengan CBS News, Musk menyatakan, "Saya ingin pemerintah yang efisien, bukan yang membuang uang rakyat untuk kepentingan politik."
Prospek RUU di Senat
Meskipun Partai Republik mendominasi Senat, kritik dari Musk dan beberapa senator konservatif seperti Rand Paul dapat mempersulit jalannya RUU ini. Para analis politik memperkirakan bahwa tekanan publik, terutama dari basis pemilih yang dipengaruhi Musk, bisa memaksa senator untuk mempertimbangkan kembali dukungan mereka. Perdebatan ini kemungkinan akan berlangsung sengit menjelang pemilu, dengan isu utang nasional dan ekonomi menjadi sorotan utama.
Image Source: GettyImages