Usai Negosiasi, Presiden AS Setujui Penundaan Tarif 50% terhadap Uni Eropa

5/26/20252 min baca

a red hat that says make america great again
a red hat that says make america great again

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru saja mengumumkan penundaan penerapan tarif sebesar 50% terhadap barang impor dari Uni Eropa (UE) setelah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Minggu (25/05) dini hari waktu setempat. Keputusan ini merupakan hasil dari negosiasi intensif yang bertujuan meredakan ketegangan perdagangan antara kedua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Dalam wawancara dengan awak media di Bandara Morristown, New Jersey, Trump menyatakan, “Kami telah melakukan panggilan telepon yang sangat bagus dan saya setuju untuk memindahkannya.” Ia menjelaskan bahwa Von der Leyen meminta perpanjangan waktu untuk melanjutkan pembicaraan, dan AS bersedia memberikan kesempatan tersebut demi mencapai solusi yang saling menguntungkan. Sementara itu, Von der Leyen mengonfirmasi kesiapan UE untuk mempercepat negosiasi. “Eropa siap untuk memajukan pembicaraan dengan cepat dan tegas, tetapi hasil kesepakatan, AS menunda hingga 9 Juli 2025 mendatang,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

Latar Belakang Ketegangan Perdagangan

Keputusan ini muncul setelah berbulan-bulan ketegangan perdagangan antara AS dan UE. Awal tahun ini, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 50% terhadap produk UE sebagai respons atas defisit perdagangan AS dengan UE yang mencapai lebih dari $250 miliar per tahun. Menurut laporan Reuters, Trump menilai UE telah memanfaatkan AS melalui kebijakan perdagangan yang tidak adil, termasuk pajak VAT yang tinggi dan regulasi ketat terhadap perusahaan teknologi AS seperti Google dan Apple. Ancaman tarif ini awalnya dijadwalkan berlaku pada 1 Juni 2025, tetapi kini ditunda hingga 9 Juli 2025 setelah pembicaraan dengan Von der Leyen.

Sebagai balasan, UE telah merencanakan tarif 20% terhadap barang impor AS, yang didasarkan pada tarif timbal balik yang diberlakukan AS sebulan sebelumnya. Menurut The Wall Street Journal, langkah ini merupakan bagian dari strategi UE untuk menekan AS agar mencapai kesepakatan yang lebih seimbang. Produk-produk AS seperti kendaraan, teknologi, dan barang konsumsi diperkirakan akan menjadi target utama tarif balasan tersebut.

Dampak pada Pasar Global

Pengumuman penundaan ini disambut positif oleh pasar keuangan global. Pada Senin (26/05), indeks saham utama di AS dan Eropa melonjak. S&P 500 naik 1,2%, sedangkan Euro Stoxx 50 mencatat kenaikan 1,5%. Di Asia, Nikkei 225 Jepang juga naik 1,1%, mencerminkan optimisme investor terhadap stabilitas perdagangan internasional. Sementara itu, nilai tukar dolar AS berfluktuasi setelah sempat anjlok ke level terendah sejak Desember 2023, menurut data dari Bloomberg. Analis pasar menyatakan bahwa penundaan ini mengurangi ketidakpastian jangka pendek, meskipun risiko eskalasi tetap ada jika negosiasi gagal.

Pandangan Pakar dan Implikasi Jangka Panjang

Para ahli perdagangan memandang penundaan ini sebagai jeda sementara, bukan solusi permanen. Menurut Financial Times, jika AS dan UE gagal mencapai kesepakatan sebelum 9 Juli 2025, Trump dapat kembali menerapkan tarif yang lebih tinggi, yang berpotensi memicu perang dagang skala penuh. “Ini adalah langkah diplomatik yang cerdas, tetapi fondasinya masih rapuh,” kata Dr. Emily Carter, pakar ekonomi dari Universitas Harvard. Ia menambahkan bahwa UE kemungkinan akan mempertahankan sikap keras dalam negosiasi untuk melindungi kepentingan ekonominya.

Di sisi lain, penundaan ini juga menunjukkan pentingnya hubungan transatlantik. Politico melaporkan bahwa Von der Leyen telah bekerja keras untuk membangun komunikasi dengan Trump, dengan harapan mempertahankan kerja sama ekonomi yang bernilai triliunan dolar setiap tahunnya. UE dan AS bersama-sama menyumbang sekitar 40% dari perdagangan dunia, sehingga stabilitas hubungan mereka memiliki dampak besar pada ekonomi global.

Langkah Selanjutnya

Kedua belah pihak kini memiliki waktu hingga 9 Juli 2025 untuk menyelesaikan negosiasi. UE diperkirakan akan fokus pada isu-isu seperti akses pasar, subsidi industri, dan regulasi teknologi, sementara AS kemungkinan akan menekan UE untuk mengurangi hambatan perdagangan. Jika berhasil, kesepakatan ini dapat menjadi model bagi hubungan perdagangan masa depan. Namun, jika gagal, dunia bisa menyaksikan babak baru dalam ketegangan ekonomi yang lebih luas.