Wapres Gibran Ingin Cetak Santri Ahli AI-Blockchain: Langkah Strategis untuk Era Digital


Surakarta, 4 November 2025 – Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menyuarakan visi ambisius untuk mencetak santri yang kompetitif di bidang teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI) dan blockchain. Pernyataan ini disampaikan dalam pengukuhan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Jawa Tengah pada 27 Oktober 2025 di Solo. "Kita ingin mencetak santri-santri yang ahli blockchain, ahli AI, santri-santi yang ahli bioteknologi, ahli robotik. Kita pingin nanti lebih banyak lagi santri-santri atau alumni pondok yang masuk kabinet juga," ujar Gibran, seperti dilansir dari Tempo.co. Visi ini bukan hanya menekankan literasi digital, tapi juga membangun santri sebagai pemimpin masa depan yang siap menghadapi revolusi industri 4.0.
Pernyataan Gibran ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong digitalisasi di kalangan masyarakat tradisional seperti santri. Indonesia memiliki lebih dari 2,5 juta santri di 28.000 pondok pesantren, menurut Kementerian Agama (Kemenag) pada 2024, yang menjadi potensi besar untuk pengembangan SDM digital. Namun, tantangan seperti akses internet terbatas di pesantren pedesaan dan kurangnya pelatihan teknologi masih menjadi hambatan.
Latar Belakang dan Visi Gibran
Gibran, yang lahir dari keluarga politik dan aktif di dunia digital melalui startupnya, telah lama menekankan pentingnya AI dan blockchain sebagai lompatan digital Indonesia. Pada 2024, ia pernah menyatakan bahwa blockchain bisa menjadi "infrastruktur baru" untuk transparansi pemerintahan, seperti dalam forum Indonesia Digital Economy Forum yang diselenggarakan Kemenkominfo. Pernyataan ini selaras dengan pengalaman pribadinya; Gibran adalah pendiri startup makanan online yang sukses, dan ia sering berbicara tentang bagaimana teknologi bisa mengubah masyarakat tradisional seperti pesantren.
Kunjungan komunitas Bitcoin Indonesia ke Istana Wakil Presiden pada Agustus 2025 menjadi momen kunci. Mereka mempresentasikan pentingnya Bitcoin sebagai cadangan keuangan negara, mirip dengan strategi El Salvador. "Santri bisa menjadi pelopor di blockchain untuk transparansi zakat dan wakaf," ujar perwakilan komunitas Bitcoin Indonesia, seperti dilaporkan CoinDesk Asia.
Inisiatif Pemerintah dan Tantangan
Kemenag telah meluncurkan program "Santri Digital" sejak 2023, dengan pelatihan AI dan coding untuk 100.000 santri, menurut situs resmi Kemenag. Program ini bekerja sama dengan Telkomsel untuk akses internet gratis di pesantren. Namun, tantangan tetap ada: hanya 40% pesantren yang memiliki akses internet stabil, menurut survei Kemenag 2024.
Pendapat ahli: Ekonom Faisal Basri dari UI: "Santri ahli AI bisa jadi kekuatan baru untuk fintech syariah." Sementara pakar blockchain dari ITB, Budi Rahardjo: "Blockchain transparan, cocok untuk pondok pesantren" (Kompas).
Dampak dan Prospek
Visi Gibran bisa dorong inklusi digital, dengan santri berkontribusi 10% tenaga kerja tech pada 2030. Namun, butuh investasi Rp50 triliun untuk infrastruktur, menurut McKinsey Report 2025.
Gibran: "Santri harus siap era digital, bukan hanya hafal Al-Quran." Ini langkah strategis untuk Indonesia Emas 2045.
